抖阴社区

12. he like a devil

Mulai dari awal
                                    

"Lo nggak lupa kan kejadian dia godain Celine waktu itu?" tanyanya dengan pasti.

"Tapi kita nggak bisa nuduh orang gitu aja, Ra," ucap Zelina cepat, tak ingin menduga-duga sesuatu tanpa pembuktian.

Di satu sisi, telah terbesit nama lain di kepalanya yang membuat gadis itu termenung dalam diam.

"Justru gue curiga sama si Bima Bima itu, dia orang terakhir yang ketemu Celine, kan?" selasar Dito sambil menjentikan jarinya.

Tapi Zelina dan Nora tampak tidak setuju.

"Mereka nggak jadi ketemu, Dit," jelas Zelina.

"Ya bisa aja tuh orang bohong? Mana ada penjahat mau ngaku?" ungkap pemuda itu.

"Tapi kalo dia pelakunya, atas dasar apa?" tanya Zelina lagi.

"People have both good and bad side, seseorang nggak butuh alasan buat jadi baik atau jahat, itu pilihan mereka sendiri buat jadi salah satunya."

Sederet kalimat pria itu membuat kedua gadis di sana tak berkutik, berpikir keras untuk menemukan jawaban, apa yang dikatakan Dito sejatinya adalah mungkin, itu memang sebuah hal yang mungkin saja terjadi.

"Bangsat! Kalo beneran dia pelakunya, nggak akan gue biarin dia hidup tenang!" sungut Nora sambil mengepalkan tangan kanannya, menggebrak meja itu pelan.

"But we have no proof, kita nggak bisa bertindak ceroboh tanpa petunjuk apa-apa," timpal Zelina menengahi.

"It's our job to find out, nunggu pihak sekolah atau polisi bertindak kelamaan!"

Zelina tampak berpikir, Dito benar, mereka memang harus bertindak secepat mungkin untuk segera mengetahui kebenarannya.

"Bener, kita harus tau."

***

"HAHAHAHA."

Gelak tawa dari tiga pria yang tengah asik duduk santai di atas meja tak terpakai di dalam gudang itu pecah, menguar ke seluruh sudut ruangan, bahkan bisa terdengar dari sisi luar.

Mereka terlihat begitu santai, masing-masing memegang sebuah botol kaca berukuran sedang yang entah apa isi di dalamnya.

"Gua ketawa banget anjir," ucap salah seorang pemuda di antara mereka, sambil membetulkan kacamatanya yang sedikit turun.

"Gua pikir selama diskors lu jadi kayak anak perawan yang ngurung diri di rumah sambil merenungi kesalahan, ternyata ada aja gebrakannya bajingan," ujar cowok berambut ikal yang duduk di sisi kanan.

"YAHAHAHA cupu dong kalo gitu?" balas pria berkacamata. "Males banget temenan sama orang cupu," lanjutnya.

"HAHAHHA."

Kedua pria itu tertawa rendah, puas meledeki 'bos' mereka yang duduk di tengah.

"Terus sekarang gimana, Le? Udah puas lu bikin anak orang koma?" tanya pria berkacamata.

"Gua sebenernya nggak berniat bikin tuh anak koma, tapi dia nya aja yang terlalu lemah," jawab pria di tengah dengan santai, kemudian kembali meneguk air itu sampai tandas.

"Sadis banget lu anjir," timpal pria berambut ikal.

"Kalo nggak sadis bukan Leon namanya," tambah si pria kacamata.

"Tapi lu kagak takut ketahuan? Mereka kan nggak mungkin diem aja, minimal lapor polisi pasti." Pria berambut ikal itu bertanya lagi.

"Belum lagi kalo guru dan temen-temennya tau, bisa dihabisin lu," tambahnya dengan nada yang lebih serius, membuat mereka semua terdiam.

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang