抖阴社区

12. he like a devil

Mulai dari awal
                                    

Namun pria yang duduk di tengah itu tak menganggapnya serius sama sekali, ia justru mendengus rendah dengan tawa hambar di akhir, tampak begitu santai seakan tidak terjadi apa-apa.

"Itu urusan belakangan, gua nggak peduli mau masuk penjara atau neraka sekalipun..."

Pria itu menjeda kalimatnya demi menyalakan sebatang nikotin di sela bibir.

"...yang penting, gua bisa balas dendam dengan bikin temennya nggak perawan dan pastinya—"

"ANJING!"

Suara itu sontak membuat mereka serempak menoleh ke sumber suara, mereka bisa melihat dengan jelas seorang perempuan berdiri di depan pintu dengan raut kesal dan marah yang tercetak sangat jelas.

Gadis itu mendekat ke arah mereka dengan tergesa, kemudian mencengkram kerah kemeja putih pria di tengah dengan berani, membuat mereka sedikit terkejut dengan pemandangan itu.

"UDAH GUE DUGA LO ORANGNYA BAJINGAN!" teriak gadis itu tepat di depan wajahnya.

Zelina tidak bermaksud untuk mendengar ucapan siapapun ketika dirinya hendak kembali ke kelas setelah urusannya di kamar mandi selesai, tetapi suara tawa menggelegar dari sarang penyamun ini membuat dadanya bergemuruh, dan begitu saja tebakannya benar setelah melihat orang di balik tawa itu.

"MAKSUD LO APA SIH?!" teriak Zelina lantang, tak peduli bagaimana posisinya saat ini.

"LO MAU APA DARI GUE? UANG? JABATAN? ATAU APA?"

Zelina terlihat marah, tetapi justru pertanyaan itu mengundang siulan nakal dari kedua pemuda yang mengelilinginya.

"Wetss, menarik juga tuh," ucap pria berambut ikal.

"LO PUNYA DENDAM APA SAMA GUE, HAH?! BILANG BANGSAT!"

Dada Zelina naik turun cepat setelah meneriaki pemuda di hadapannya, lagi-lagi ia tak tahu mendapat keberanian dari mana untuk datang ke kandang singa itu dan melakukan hal demikian.

Leon menarik sudut bibirnya ke belakang, ia terlihat tak terganggu sedikitpun.

"Jadi sekarang lo udah ngerti kenapa selama ini gua ngincer lo, hah?"

Pria itu melepaskan cengkraman Zelina di kerah kemejanya dengan perlahan, tak ada penolakan apapun dari gadis itu karena saat ini dirinya lah yang berjalan mundur perlahan.

"Lo itu..." Leon melangkah maju "nggak lebih..." menatap tajam ke dalam netra gadis itu "dari anak... pecundang bajingan!" lalu mendorong bahu Zelina hingga gadis itu terhuyung ke belakang.

Hampir terjatuh jika saja gadis itu tidak seimbang.

"MAKSUD LO APAA?!"

Zelina masih berdiri tegak, mencoba untuk tidak gentar meskipun saat ini ketiga cowok itu menatapnya dengan tatapan siap menerkam.

"Lo nggak usah pura-pura bego, cewek cantik dan pinter kaya lo pasti ngerti apa yang gue maksud," ucapnya pelan sambil mencuri kesempatan untuk mencolek dagu gadis itu.

"Jangan sentuh gue anjing!"

Leon menyeringai puas, melirik ke arah dua teman di sampingnya dengan senang, baginya ini adalah hal yang sangat menarik.

"Udah bisa ngelawan ya sekarang?" tanyanya mengintimidasi.

"Mau lo apa, sih?" Suara Zelina mulai bergetar.

"Lo masih gapaham juga?" tanya Leon kesal.

"Lo apain temen gue? Kalo sampe dia kenapa-kenapa, jangan harap lo bisa berkeliaran bebas di dunia ini!" ucap Zelina dengan tegas, berharap pria itu akan tunduk padanya.

Namun sepertinya dia lupa sedang berhadapan dengan siapa.

"Wow gua takut banget, hahaha, lo berharap gue bilang gitu, hm?"

Pria itu maju selangkah.

"Emang lo mau apa kalo gue yang apa-apain temen lo?"

Kemudian melangkah lagi hingga posisi mereka nyaris tanpa jarak.

"Mundur!" perintah Zelina.

Pria itu tak menampik sama sekali ucapannya.

"Lo mau apa kalo gue berbuat seenaknya di dunia ini?"

"Gue bilang mundur!"

Langkah Leon berhenti, ia tertawa culas melihat wajah panik dari gadis itu.

"Hhh, liat, lo aja nggak bisa bebasin diri lo sendiri tapi sok jadi pahlawan mau nolongin orang lain? Komedi macam apa itu?" ucapnya sombong.

Setelah itu, Leon memberikan kode kepada kedua temannya untuk menahan kedua tangan Zelina, sementara dirinya tersenyum puas melihat perempuan itu memberontak.

Persis seperti iblis jahat yang digambarkan pada buku-buku fiksi seperti yang sering ia baca. Bahkan mungkin lebih jahat daripada itu.

"Lepasin!"

Zelina sekuat tenaga menahan air matanya agar tak jatuh, mencoba menghempaskan cekalan kedua pria itu, meskipun hasilnya nihil.

"TOLONG!" teriaknya tanpa pikir panjang, yang saat itu juga mengundang tawa mereka bertiga.

"HAHAHA."

Leon mendekatkan wajahnya ke arah Zelina "Teriak aja sayang, nggak akan ada yang nolongin lo!"

Zelina muak, lalu entah mendapat ide dari mana dirinya meludahi wajah pria itu.

Cuih!

"Brengsek!"

Leon menggeram kasar, bersiap untuk melayangkan sebuah tamparan di pipi mulus gadis itu, namun tubuhnya tersungkur lebih dulu sebelum ia melakukan niatnya.

BUGHH!!

Satu pukulan kencang mendarat tepat di rahang tegas Leon, seseorang yang entah dari arah mana baru saja menerobos masuk, hal itu membuat kedua temannya melepaskan cengkraman tangan Zelina lantas membantu kawannya.

Kini perkelahian itu mulai menjadi lebih sengit, satu lawan tiga, Zelina begitu ngeri melihatnya.

"Kai, awas!"

Zelina memperingati pemuda itu ketika Leon hendak menendangnya dari belakang, berkatnya Kaisar dapat mengindar dengan cepat.

Pertengkaran itu semakin membabi buta, Zelina sangat takut apalagi ketika melihat Kaisar mendapat serangan tak terelakkan. Jantungnya hampir merosot menyaksikan hal itu.

Ia merapal doa dalam hati, takut-takut hal yang tidak diinginkan terjadi, dan beberapa saat kemudian ia dibuat lega ketika Kaisar berhasil melumpuhkan ketiga lawannya dengan sangat baik, ketiga pria itu tak mampu lagi untuk bangkit melawan dirinya.

Napas Kaisar tersengal, ia mengusap darah di sudut bibirnya sebelum menarik gadis itu keluar. Entah akan dibawa ke mana, gadis itu tidak peduli, yang jelas sekarang ia merasa aman di dekat pria itu.

To be continue...

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang