'Gila gila gila' batinku takut
Pria itu sangat gila bagaimana bisa dengan mudah mengatakan dia pembunuhnya padahal ayah Ianthe adalah tuannya
Aku semakin mempercepat langkah kakiku agar segera pergi jauh dari Ketua gila itu
Namanya saja Xan yang berarti penolong umat manusia tapi perilakunya tidak mencerminkan sama sekali
Bagaimana penulis novel Eros ini tetap waras saat tokohnya gila semua
Nafasku terengah-engah karena lonjakan rasa takut
Aku lebih memilih berhadapan dengan Nicolas daripada dengan ketua gila itu
"Tuan muda" Zino menyapa di ujung lorong dengan senyuman palsu
"Zino sebenarnya makhluk apa yang dipelihara ayah" Tanyaku dengan suara gemetar
Semua keberanianmu dihadapan Xan hanyalah akting semata
Yakali aku akan merendahkan harga diriku hanya karena rasa takut
"Entahlah tuan muda saya juga tidak tahu" Zino mengedikan bahu tak tahu
"Bukankah kamu yang berada disamping ayah" Ucapku melirik Zino yang senantiasa berlindung dibalik dinding lorong
"Saya hanyalah seorang pengamat tuan muda" Ekspresi wajah Zino kaku wajah tuanya menunjukan raut keseriusan
Aku menghela nafas pelan lalu melihat bulan dari jendela besar
"Apakah kamu berada dipihakku Zino" Tanyaku pelan
Berharap semua fikiran negatif dikepalai terbantahkan sayangnya Zino tidak menjawab sama sekali
"Jadi begitu" Gumamku miris
Keheningan Zino merupakan jawaban yang menakutkan bagiku
Didunia yang asing ini tidak ada seorang pun yang mendukungku justru mereka semua mengarahkan pisau dileherku
'Kasihan sekali diriku' batinku kecewa
Aku tersenyum miris
Jadi begini rasanya terasingkan dari dunia
Aku menyugar rambut lilacku dan segera kembali kekamarku
Zino hanya mampu memandang tuan mudanya dengan sedih
"Maafkan saya tuan muda"
Sedekat apapun Zino pada tuan mudanya Zino tidak akan pernah lupa tugas sang Count terdahulu
Lagipula loyalitas Zino selalu berada pada mendiang Count bukan pada Ianthe
Jadi lebih baik tuan mudanya tahu mulai sekarang dikediaman ini tidak ada yang berani membela Ianthe
Karena loyalitas para pelayan dan Ksatria tetap pada mendiang Count Heiro
"Ha~ aku tak percaya ini" Ucapku dengan air mata menetes
Selama aku hidup aku sangat jarang menangis seberat apapun hidupku
Tapi sekarang aku menangis karena sebuah kekecewaan
"Hahaha" Tawamu miris
'Bodoh' batinku dengan rasa sesak
Air mata ini juga bodoh kenapa terus mengalir hanya karena rasa kecewa yang tak seberapa
Didalam kamar yang sunyi air mataku tak berhenti menetes
Kukira diriku hanyalah manusia yang telah kehilangan perasaan sedih nyatanya
'Hatiku juga rapuh' ucapku berbisik
Berulang kali aku mengusap air mata yang selalu terjatuh tidak ingin terlalu sakit hati

KAMU SEDANG MEMBACA
I transmigrated into a Count
FantasySadam Rantaka seorang pria berusia 29 tahun mati karena serangan jantung akibat kejahilan temannya Bukanya tenang Sadam justru transmigrasi ketubuh Ianthe Agallis putra bungsu mendiang count Agallis Meski Ianthe adalah putra bungsu dirinyalah yang...