Chapter 6 | Arti dari nama Damon itu bukan Iblis aja, tapi juga tolol!
Nggak kali ini aja kok aku satu mobil sama Damon. Nggak kali ini juga aku duduk sebelahan sama dia. Tapi baru kali ini aku nggak suka semobil sama dia. Kenapa? Satu, kami saling benci. Dua, aku canggung. Setiap kali aku melihat ke arahnya, dia juga sedang melihat ke arah aku.
Jantung aku yang norak itu deg-degan. At the same time, aku juga keki.
"Ngapain lo pakek jemput-jemput gue segala?!" tanya aku setelah jeda yang panjang. Aku lagi ngambek karena dipaksa masuk, dan Damon terlalu sombong untuk minta maaf.
"Kayak yang gue bilang sebelumnya, Mama yang suruh gue jemput lo."
Aku mendengus. Apa-apaan sih Tante Stefani! "Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri."
"Tsk!" Damon berdecak sebal. "Gue disuruh jemput lo bukan buat nganter lo pulang. Tapi Mama butuh kita lagi buat lukisannya. Gue nggak tau apa, tapi kalo gue nolak dan lo nolak, ancaman yang dia kasih ke kita bakal kejadian. Gue nggak mau orang-orang sampe tau kalo gue pernah ngelakuin sesuatu yang tolol pas kecil dulu."
Aku mendengus lagi, kali ini lebih keras. Supaya Damon jengkel. Dasar Iblis! "Semua anak kecil juga suka ngelakuin hal tolol. Tapi, di antara kita, yang tolol itu cuma lo. Bukan gue. Pas gue lahir Tuhan udah memutuskan untuk menjadikan gue anak yang pintar dan berwibawa. Kalo lo kebalikannya dari gue. So, hush, hush! Jauh-jauh dari gue. Sebelum gue ketularan. Lo selain tolol juga rabies. Ew! Mana masker Panda gue?!"
"Kalo Mama nggak nyuruh gue jemput lo, udah gue buang lo ke jalanan," ujarnya jengkel.
Aku nggak peduli. Aku buang muka dan menggerutu jengkel. "Emang apa lagi yang kurang, sih? Gue udah ngelakuin hal paling mengerikan tadi malem, dan Tante nyuruh gue ngelakuin sesuatu lagi sama lo. Oh, Santa Maria yang baik hati di Surga. Please, help me!"
"Gue juga nggak mau ngelakuin ini sama lo, kalo lo mau tau, anak kambing!" Damon mendesis mirip Nagin. Aku melotot mirip Suketi. "Berdoa aja dia nggak nyuruh kita ciuman lagi, atau hal yang lebih parah dari itu. Kalo nggak ada ancaman itu, gue lebih suka nyium Omas daripada lo. Seenggaknya dia punya payudara, nggak datar kayak lo. Dan kalo lo mau tau, mulut lo bau. Gue nggak kaget, sih. Pas kita kecil kan lo jarang mau sikat gigi. Mandi sore aja nggak pernah."
Ih! Itu kan dulu! Pas aku masih malas-malasan menjaga diri. Aku nggak suka mandi sore soalnya badan aku selalu wangi. Terus aku memang sikat gigi dua kali sehari aja, nggak kayak dia yang sampe tiga kali. Uh! Itu kan dilarang harusnya. Dia nggak boleh ungkit-ungkit masa lalu, masa di mana aku ingin kembali ke sana dan nyuruh Jerry Junior untuk tampil lebih berkelas.
"Biarin!" Aku menjulurkan lidah, sebal. "Lo sendiri suka makan upil. Lo inget pas lo umur lima tahun, hmmh? Lo bilang: apa ini unyel-unyel. Padahal itu kan taik idung, tapi tetep aja lo puter-puter terus lo masukkin ke dalem mulut. Ew! Dasar tukang makan upil! Nanti gue sebarin berita itu ke Twitter biar lo di-bully sama haters lo. Demon Setandi Tompel. Itu kan akun haters-nya?! Ha! Gue kasih tau mereka nanti. Hihihihi."
"Don't you dare!" Damon menunjuk muka aku dengan jari telunjuknya yang kokoh. Maksud aku menjijikan. "Kalo lo sebarin hal itu ke orang-orang, bakal gue sebarin juga kalo lo pernah pipis di celana dan eek di celana gara-gara ditakutin pakek topeng Hello Kitty!"
Oh, no-no-no! Damon jelek sialan! "Hello Kitty itu nyeremin tauk! Mana ada kucing bisa jalan!"
"Emang udah dasarnya lo bencong, tentu aja lo takut sama hal remeh kayak gitu."
"Biarin gue bencong. Lo ngaku straight, tapi muka lo kayak gigolo di Lapangan Banteng. Yang semalem cuma dibayar sama satu bungkus permen Kiss. Atau satu saschet jamu Buyung Upik!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can
HumorSudah pernah nonton orang tawuran? Sudah dong ya. Di TV. Atau mungkin di dunia nyata. Tapi, kamu pernah nggak nonton bencong tawuran? Nggak pernah, kan? Hihihihi. Tapi, ini bukan soal tawuran bencong, ya. Aku pernah sih ikut tawuran bencong. Kami ng...