Chapter 28 | Aku nggak mungkin cemburu!
Langkahnya pelan saat menuju ke arah meja kami. Cara dia membenarkan purse-nya sangat-sangat membuat aku muak. Oh, nggak. Bukan apa-apa. Aku nggak benar-benar membenci Miranda karena toh kami dulu besahabat dekat. Hanya saja, entahlah, aku udah nggak bisa lagi respek sama dia. Akibat dulu itu, membuat aku harus berbohong demi dia agar Damon nggak tahu kalau dia punya banyak selingkuhan. Sampai akhirnya aku bosan dan menyuruh Miranda untuk mengaku. Dia memang nggak mengaku, aku yang memberitahu Damon.
Akhirnya Miranda memutuskan Damon seolah-olah itu suruhan aku, padahal kan nggak. Aku hanya mau Miranda jujur, lebih memilih Damon dan mereka bisa pacaran selamanya. Well, itu nggak terjadi mungkin karena aku lah orang yang tepat buat berjodoh dengan Damon.
Ini dia! Iblis Betina itu udah berdiri di samping meja kami. Rambutnya dicat cokelat tua, dia juga mengenakkan kacamata seolah-olah dia itu Ibu-Ibu Pejabat penting. Saat dia mengulas senyum di bibir, aku bisa mendengar suara cekikan burung di luar sana. Senyuman itu mengerikan. Aku juga nggak suka. Yah, dulu sih biasa aja. Tapi sekarang senyum itu mengandung racun.
"Tomas," sebut Miranda pelan, sadar kalau Damon lagi dalam mode penyamaran.
"Miranda," bisik Damon sembari tersenyum simpul. Aku mengernyit menatap senyuman itu.
"Hei, baby, besok tante aku bikin acara opening buat gallery barunya di Kuningan. Tentu aja aku diundang ke sana, tapi aku nggak mungkin dateng kalo sendirian, kan?" Aku bisa mencium bau-bau busuk di udara sekarang ini. Aku tahu akan lari ke mana percakapan Miranda. "Kamu mau nggak nemenin aku ke situ? Tante aku juga nge-fans banget sama kamu. Dia udah berkali-kali minta ke aku buat dikenalin ke kamu. Aku janji kita nggak bakal lama di sana."
Damon melirik aku sebentar, kemudian kembali fokus ke Miranda. Aku terkejut setengah mati saat Damon menganggukkan kepalanya. "Oke. Jam berapa?"
Sebisa mungkin aku nggak memasang raut kaget aku seperti waktu Demi Lovato ketemu sama mantan pacarnya di tengah-tengah acara orgy. Oke, itu nggak mungkin terjadi, but stand still, aku masih terperangah cantik karena Damon setuju untuk ikut sama si Iblis Betina. Memangnya dia nggak tahu gitu kalau si Iblis Betina ini akan menjadikannya tumbal di Pantai Selatan? Ya, ampun! Aku harus menyadarkan Damon. Setelah Miranda pergi, atau setelah kami hanya berduaan, aku akan mencekik Damon dan mengguncang-guncang tubuhnya sampai arwah jahanam yang Miranda masukkan ke tubuh Damon keluar.
Aku baca hal pengusiran arwah janaham itu di buku Ghost And the Devil Woman karya J.S Anne.
"Jam setengah delapan malem, baby," ujar Miranda, tetap nggak menatap ke arah aku. Kalau dia melihat aku saat ini, mungkin dia udah aku bikin mati sama tatapan aku yang menusuk. Apa sih itu dia manggil-manggil Damon pakek kata baby? Damon itu bukan bayi, Iblis Betina!
"Gue jemput lo habis maghrib kalo gitu." Damon tersenyum simpul lagi ke Miranda. Stop it! Aku nggak suka kalau dia senyum sebegitu bagusnya ke Miranda. Maksud aku, pada kedua sahabat aku aja Damon kasih senyuman iba, kenapa ke Miranda malah senyuman simpul? Dia juga kalau bertemu para fans-nya selalu tersenyum asimetris. Senyum simpul Damon itu khusus untuk orang yang menurutnya spesial. Apa dia masih mengharapkan Miranda?
Miranda mengangguk dua kali, membetulkan lagi purse-nya lalu mengucapkan tanda pisah. Aku nggak berkata apa-apa setelah cewek itu kembali berdiri di depan antrian dan membeli entah apa. Dulu dia selalu membeli Chocolate Boba, mungkin sekarang dia udah beli racun tikus. Aku nggak keberatan pergi ngelayat ke rumahnya. Kasihan aku, dia belum mati jadi aku nggak bisa pergi ngelayat ke sana. Huh! Oh, astaga! Aku nggak boleh berpikiran buruk tentang orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can
HumorSudah pernah nonton orang tawuran? Sudah dong ya. Di TV. Atau mungkin di dunia nyata. Tapi, kamu pernah nggak nonton bencong tawuran? Nggak pernah, kan? Hihihihi. Tapi, ini bukan soal tawuran bencong, ya. Aku pernah sih ikut tawuran bencong. Kami ng...