抖阴社区

Song For You: HOLYCHILD - Happy With Me

11.5K 988 190
                                    

Chapter 35 | Ada apa ini?

Kami akhirnya end up di Juragan. Valley tutup lagi ada renovasi. Huh! Padahal aku lagi ngidam mau makan Ceker Ayam Neraka-nya. Yah, dipikir-pikir lagi mungkin nggak apa-apa juga kali, ya. Maksud aku, makan yang pedas bikin aku sakit perut—apalagi makan itu ceker. Aku kan nanti malam mau ngentot sama Damon. Baru aja kontol Damon mau masuk, aku kentut duluan. Ew! So eerie. Aku nggak bisa membayangkan raut Damon setelah mendengar bunyi kentut aku. Pasti kontolnya langsung lemas. Bukannya ngentot, aku malah mencret.

Ew times two!

"Lo udah tau mau mesen apa?" tanya Rick, dia membolak-balikkan menu daritadi. Aku sempat ngelihat dia agak gemetar. Entah karena gugup, entah ketakutan. Bisa jadi gabungan dari dua hal itu. Aku sih mencoba santai supaya dia juga santai.

Aku tersenyum kecil, menenangkannya. Kemudian menjawab pertanyaan yang dia lontarkan. "Mie Keriwil rasa barbeque. Ara bilang enak, gue mau coba yang itu. Mau ngebuktiin dia bener atau nggak. Lo sendiri udah tau mau makan apa?" Rick mengalihkan lagi matanya ke menu. Aku tahu dia mengulur-ngulur waktu, dia kan gugup. Aku tetap sabar menanti kok.

"Beef Teriyaki kayaknya enak." Rick mengangkat tangannya, memanggil pelayan. Dia nanya-nanya ke si pelayan bumbu apa saja yang dipakai untuk Beef Teriyaki-nya. For Gomez's sake! Aku makin penasaran sama omongan yang mau dia lontar kan nanti. Emang sepenting dan se-krusial apa, sih? Sampai dia gugup hebat begitu? "Minumannya Grape Punch aja ya, Mas."

"Mie Keriwil yang barbeque. Sama Holland Day. Oh, sama air putih aja. Jangan yang dingin, ya." Pelayan itu mencatat cepat pesanan kami. Setelah berucap terima kasih, dia pun berlalu. Rick yang sudah nggak punya bahan untuk mengulur waktu, dia duduk salah tingkah di kursinya. "Euh, so... lo mau ngomong soal apa sama gue?" tanya aku, memecahkan keheningan kami.

Rick terlonjak kaget. Dia menggaruk-garuk lehernya yang aku yakin nggak gatal. Sesekali dia menatap aku, namun dia langsung mengalihkanya dalam nano sekon. "Bisa kita ngomongin hal yang lain dulu?" pintanya memelas. "Selesai makan kita baru omongin apa yang mau gue bahas sama lo. Is that okay?" Akibat aksen latinonya yang seksi, aku pun mengangguk setuju. "Thanks."

Aku berdeham, menopang dagu sambil menatap wajah Rick lekat-lekat. Seriusan! Aku masih nggak percaya cowok berkacamata yang aku kasih formulir pendaftaran klub Sepak Bola sudah jadi cowok super ganteng begini. "Lulus sekolah, lo mau kuliah di mana?" tanya aku, basa-basi seperti yang Rick mau. Aku nggak begitu peduli dia mau kuliah di mana. Dia mau gabung sama Avengers atau X-Men pun aku juga nggak peduli. Cuma, yah, namanya juga bahas yang lain. Dan aku tahu Rick nggak akan nanya apa-apa atau bahas yang lain karena dia lagi gugup as fuck.

"Disuruh ke Swiss. Orang tua gue bilang, jadi gay di sana dilarang. Maka gue pasti bisa sembuh." Aku terpana beberapa detik sebelum akhirnya tertawa. Memang di Swiss dilarang, ya? Setahu aku yang dilarang itu di Rusia. "Tapi gue maunya di Jepang."

"Eh? Jepang? Kenapa?" Aku menelengkan kepala, memperhatikan Rick yang mulai rileks.

Rick tersenyum miring. "Banyak cowok cute-nya. Gue kan suka cowok cute. Euh, kayak lo." Jika aku lagi PDKT sama Rick, aku pasti blushing. Sayangnya, kami lagi nggak PDKT. Aku sudah mau fokus ke Damon. Maka aku menanggapinya dengan tawa. "I'm just kidding. Gue suka anime. Gue pengen buat anime gitu, lah. Di Jepang gue bisa belajar banyak. Iya, kan?"

"Well, yeah. Jepang kan dunianya anime." Aku nggak begitu suka anime, sih. Aku suka manga. Kobo-Chan manga favorit aku sepanjang masa. Sama manga Yuri dan Yaoi. Dengan cover yang seksi dan unyu. "Pasti gue bakal tonton anime buatan lo. Pinky promise."

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang