抖阴社区

Today Playlist: Eva Simons - I Don't Like You

Mulai dari awal
                                    

Atau aku malah ketemu sama Zac Efron. Dia lagi telanjang terus lari-lari karena takut disiram sama timah panas. Oh, dari dulu aku selalu penasaran sama bentuk kontolnya Zac Efron. Kalau aku sama dia ketemu di Neraka nanti kan, aku bisa tahu ukurannya. Ooh la-la!

Oke. Aku lagi mikir yang nggak jelas. Neraka itu bukan tempat yang bagus. Damon berasal dari sana, pasti Iblis-Iblis yang ada di dalam sana mirip sama dia semua. Ew! Damon dikali seribu? Mending aku disodomi sama Al Ghazali daripada ketemu sama seribu diri Damon. Lihat Iblis itu sekarang, mengenakkan jaket kulit warna hitam persis Om-Om ganjen yang sering aku lihat di TV Series New Girl. Jenis Om-Om yang akan disulut api hingga mati terbakar. Yah, well, Damon nggak benar-benar mirip Om-Om juga, sih. Dia ganteng—KakaoTalk EW! Aku melantur. Maaf!

"Lo udah tenang?" tanya Damon, dia menyilangkan kedua tangannya—dia melipat lengan jaket kulitnya—membuat otot yang ada di tangannya berkedut kencang. Seksi. Maksud aku, jijik. "Bisa gue nanya sekarang? Atau lo butuh beberapa menit lagi buat nenangin diri lo? Gue nggak keberatan nunggu. Sambil nonton Hello Kitty main sama—"

"Shut up!" jerit aku makin kesal. "Nggak usah bawa-bawa Hello Kitty. Dia kucing jelek!"

Bisa aku lihat bibir Damon mengerut ke bawah, menahan senyum dan tawa. Uh! Kenapa dia masih ingat soal itu, sih? Dia selalu ngegodain aku tentang Hello Kitty. Seolah-olah takut sama Hello Kitty itu sangatlah nggak masuk akal. Hello?! Atau... Hello Bencong, bitch! Hello Kitty itu—seperti yang udah pernah aku tegaskan—menakutkan dan bisa berdiri kayak manusia. Nggak kayak kucing pada umumnya. Udah bisa berdiri pakek dua kaki lalu jalan lagi. Ih! Udah kayak Annabelle deh. Mungkin aku harus panggil Ed dan Lorraine Warren buat usir Hello Kitty.

"Udah cepetan! Lo mau nanya apa?!" Aku juga ikut menyilangkan tangan di depan dada. Aku akan kuat kalau Damon ngegodain aku lagi pakek Hello Kitty. Aku bisa kok membayangkan kucing jelek berpita itu lagi jalan ke arah aku kayak Zombie di film Walking Dead terus—ahhh! Takut, ah! Mending aku ketemu sama Hello Bencong aja deh.

Damon merubah gaya duduknya, kini menghadap ke arah aku. Aku buang muka, menggeser duduk aku agak jauh dari dia. Aku nggak mau dekat-dekat. Bagaimana kalau dia cium aku lagi? No! Aku nggak mau. Walau bibir Damon itu memang memabukkan dan lumayan mirip sama kuaci. Nggak bikin puas, tapi membuat kecanduan. Dan—ohmahgad! Aku udah gila. Aku harus cek ke Rumah Sakit tentang kadar saraf di dalam tubuh aku. Siapa tahu saraf aku rusak atau apa.

Sebelum bertanya, Damon berdeham pelan. Bisa aku dengar dehaman jantannya. Uh! Aku suka dehaman itu. Padahal itu hanya dehaman, lho. Puh-lease, Disgust yang ada di Inside Out otak aku nggak mengecap itu jijik atau semacamnya gitu, hmmh? Aku benci mengakui kalau ada hal-hal yang masih aku sukai pada diri Damon. Joy, I hate you!

"Kenapa lo nggak pernah bilang kalo gue cinta pertama lo?" Akhirnya dia bertanya. Untuk dua detik pertama, aku hanya mengernyit dan masih memproses pertanyaan itu. Dua detik berikut-nya, aku bingung kenapa dia harus bertanya.

Aku menoleh, menatap mata Damon yang terang bagai bola Joy. Ada binar aneh di sana, rasa penasaran. Aku kenal sekali binar itu. Saat kami kecil dulu, ketika Damon bertanya soal Astronot dan pergi ke Bulan pada Papa-nya, binar penasaran itu muncul. Umur kami lima tahun, berdua kami akan berbaring di atas trampolin yang ada di taman belakang rumah aku dan Damon akan menceritakan cita-cita-nya untuk pergi ke Bulan. Dia bilang, dia janji akan membawakan aku lansome—kerikil kecil dari serpihan bulan—agar aku selalu berada di sisinya.

Kenangan masa kecil itu. Semua cita-cita yang kami bagi. Hanya ada aku dan Damon.

Tapi bukan karena itu aku mencintai Damon. Bukan karena dia tampan—aku nggak akan setuju dan mengakui itu meski Damon pecut aku kayak bokep BDSM. Aku cinta sama Damon karena... setiap kali aku mencium aroma tubuhnya, aku merasa aman. Seolah-olah aku berada di rumah dan Damon akan membuat aku nyaman. Tepukkan hangatnya di pipi aku. Pelukkan erat-nya saat aku bermimpi buruk. Pundaknya yang lebar, tempat aku bersandar ketika aku rindu berat pada sosok kedua orang tua aku yang sudah tiada. Damon selalu ada di sana. Selalu.

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang