抖阴社区

Today Playlist: Mocca - I Think I'm In Love

Mulai dari awal
                                    

"What is it?" tanya Luca, dia menggeser nampan berisi piring yang telah kosong menjauh.

Aku menarik napas panjang. Ini saatnya untuk jujur. Aku nggak mau hidup dalam rasa bersalah. Mungkin Luca akan mengusir aku dari rumahnya setelah dia mendengar ini. Nggak apa-apa, aku akan ikut Marilyn sama Lady ke party entah siapa dan mabuk agar melupakan kejadian malam ini. "Gue sama Dam—Tomas, cowok yang tadi pagi kenalan sama lo, kami ciuman. He kissed me, and I kissed him back. Gue nggak tau kenapa gue nggak ngedorong dia menjauh. Sorry."

Done! Aku sudah mengatakannya. Aku menatap wajah Luca yang... datar. Dia menatap mata aku dengan matanya yang jernih. Nggak ada rasa marah di sana. Itu perkiraan aku aja sih. "Gue tau."

Aku terkesiap. Dia... tahu? How? Aku kan belum ada cerita. Atau Luca ini turunan Cenayang? Aku dengar-dengar di Paris emang banyak Cenayangnya. Apa Luca salah satunya, hmmh? Wow! Aku benar-benar nggak menyangka. Well, sepertinya aku lagi hiperbola. "Lo... tau?"

Luca mengangguk tiga kali, mantap dan percaya diri. "Kelihatan kalo lo sama dia emang ada apa-apa. Kelihatan juga kalo cowok songong tadi marah ke gue karena dia cemburu. Makanya pas di mobil gue nanya lo sama dia ada apa."

"Lo marah sama gue?" tanya aku takut-takut. Sesungguhnya, aku nggak mau Luca tersakiti.

Luca tertawa pelan, membuat aku bingung. "Nggak lah!" ujarnya, lebih mantap dari sebelumnya. "Seperti yang gue bilang Er. Lo sama gue baru pendekatan sebentar. Gue nggak ada hak nyuruh lo langsung berpaling ke gue dan ngelupain cowok yang ada di pikiran lo. Begitu juga sama gue. Yah, walopun nggak ada cowok lain yang gue pikirin selain lo. Soalnya, emang nggak ada yang gue deketin kecuali lo. Karena gue memang bener-bener pengen serius sama lo, Er."

Oh, Luca! Kenapa dia harus jadi cowok ganteng dan pengertian seperti sekarang, sih? Aku kan makin sayang sama dia. "Thank you."

"Sama-sama." Luca meraih tangan aku dan meremasnya. "Tapi, gue penasaran. Lo nyium dia balik karena apa? Bukan karena dia lebih ganteng dari gue kan?"

Aku memutar bola mata. Emang benar, sih. Damon lebih ganteng dan hawt ketimbang Luca. Tapi cowok itu kan Iblis. Mulutnya pedas mirip botty kampungan dan suka nyari masalah sama aku. "Well, mungkin karena ciumannya dia... euh, memabukkan. Ngebuat gue—mmph!"

Luca mencium bibir aku dalam-dalam. Ada desakkan hasrat di dalamnya, ada juga rasa marah. Amarah itu muncul karena dia cemburu. Aku tahu itu. Luca memegang leher aku dan menarik kepala aku agar dagu kami saling menempel. Luca makin memperdalam ciuman, melumat bibir bawah aku dengan rakus dan mendesak paksa lidahnya agar masuk ke dalam mulut aku yang kaku. Untuk beberapa saat aku masih bingung. Sampai akhirnya aku membalas ciumannya. Aku suka cara Luca menggulung lidah aku hingga masuk ke dalam pelukkan lidahnya.

Namun itu nggak berlangsung lama. "Apa ciuman gue masih nggak lebih baik dari dia?"

Dia benar-benar cemburu. Aku menahan senyuman. "Ehmh, ma—masih lebih baikkan dia, si—"

Bibir Luca menempel lagi ke bibir aku. Kali ini dia membuat satu bibir bawah kami, bergesekkan bagai magnet yang menyatu. Lidah Luca menarik masuk lidah aku ke dalam mulutnya. Bisa aku rasakan soda dari Coke yang tadi dia minum. Bisa aku rasakan betapa manisnya cara bibir kami saling memberi kenikmatan. Ciuman dengan Luca terasa lembut, tapi di tempo yang cepat. Ciuman bersama Damon terasa kasar, tapi di tempo yang teratur.

Aku lebih suka Luca kali ini. Ciuman yang dia berikan untuk aku seperti rasa sayang. "Gimana?"

"Lebih baik," jawab aku serak di atas bibirnya. "Your lips is my drug now."

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang