Sekarang, sudah dua jari dalam lubang pantat aku. Mulutnya masih sibuk sama kontol aku. Aku nggak tahu mana yang lebih nikmat. Mulut Luca yang lagi menghisap kontol aku, atau jari Luca yang lagi menari-nari di dalam lubang pantat aku. Oh, Tuhan! Aku menggigit bibir aku supaya nggak menjerit ketika jari ketiga Luca masuk ke dalam sana. Bukan, bukan karena aku kesakitan atau apa, ya. Tapi, tiga jari yang mendobrak prostat aku itu sensasinya membuat aku gila.
Aku ingin dia ada di dalam diri aku sekarang juga. Aku nggak mau menunggu. "Fuck me, Ca!"
Luca mengeluarkan kontol aku dari dalam mulutnya. Dia juga ikut mengeluarkan jari-jarinya dari dalam lubang pantat aku. Dia mencium aku selama lima detik penuh, begitu tegas dan ada hasrat menggebu tersirat jelas. "Jerry, gue tau gue udah telat nanya ini. Tapi... lo serius? Gue tau banget ini yang gue mau, tapi gue nggak mau maksa lo ngelakuin hal yang masih lo nggak siap."
"Ya, ampun Luca! Nggak mungkin gue nggak serius. Gue udah ngangkang di depan lo kayak korban pemerkosaan dan lo bilang gue nggak siap. Just... come and get it, oke? I'm ready."
Mata Luca menatap mata aku lama, memcari kesungguhan di dalam sana. Aku yakin dia sudah menemukannya, karena akhirnya Luca menarik tinggi-tinggi kaki aku hingga melingkar kencang di bawah pantatnya yang kencang. Luca membuka laci night table-nya, mengambil kondom. Dia menggigit plastik kondom itu, mengeluarkan benda karetnya dan aku merebutnya. Aku pasang kondom itu ke kontol Luca yang sudah setegang menara sutet. Oh, shit! Itu besar. Aku nggak pernah dientot sama kontol sebesar punya Luca. Penelitian itu emang benar, cowok turunan Turki dan Paris emang besar-besar. Lihat! Kondom itu sampai di penghabisan.
"Take a deep breath!" saran Luca, membiskkan kata-kata itu di telinga aku. Luca mengarahkan kontolnya ke lubang pantat aku yang tiba-tiba berkedut gugup. Aku menarik napas panjang, mencoba se-rileks mungkin. Setelah dibaluri pelicin, kontol itu bergerak maju. Ketika kepala kontol Luca mencoba masuk, aku menjerit. "Sshht! I'm sorry, Jerry. You want me to stop, yes?"
"No, yes!" ujar aku. Nada suara aku keras dan penuh perintah. Tubuh aku dialiri rasa sakit. Aku nggak tahu rasa nikmat tadi sudah lari ke mana. "Just thrust it deeper. Yang gue minta dari lo sekarang itu... jangan keluar lama-lama kayak pas gue ngisep kontol lo di party-nya Delilah."
Luca terkekeh lembut di telinga aku. "Oke. Bakal gue usahain keluar lebih cepet kali ini."
Luca mendorong lagi kontolnya ke dalam pantat aku, membuat tubuh aku mengejang penuh penolakkan akibat rasa sakit itu. Luca mengelus wajah aku, menyingkirkan poni aku yang ada di kening. Dia mencoba menenangkan. "Alihin pikiran gue dari rasa sakit. Tanya sesuatu ke gue!"
Oh, rasa sakitnya muncul lagi saat Luca menggerakkan sedikit pinggulnya. Setiap kali aku mau ngentot, aku memang selalu antusias di awal. Namun, kalau sudah kontol bersarang di pantat aku seperti ini, aku selalu punya keinginan untuk menolak. But, not now! Aku mau Luca. Aku nggak mau berhenti di tengah jalan. "Euh—" Luca berpikir panjang. Dia mendorong sedikit lagi kontolnya ke dalam pantat aku ketika aku lagi rileks. "Apa kartun kesukaan lo?"
Bagus! Aku kira dia mau nanya yang berat-berat. Luca emang pengertian. "Larva," jawab aku sembari membayangkan dua mahkluk konyol jorok itu. Ah, mereka sangat cute. "Lo tau nggak kalo para Larva itu bisa tinggal di rumah—di episode satu season dua-nya Larva—gara-gara mereka dibawa terbang sama burung dan si larva kuning sengaja kentut supaya—"
"Berhasil masuk pelan-pelan, Er. Ayo! Cerita lebih banyak lagi!"
"Euh, supaya mereka nggak jadi dimakan sama si burung. Lo tau nggak kalo Larva itu suka sama kentut mereka sendiri? Itu alasan kenapa di film Larva mereka selalu suka kentut. Mereka juga nggak suka buang ingus karena menurut mereka ingus itu penghangat untuk tubuh mereka yang kecil. Sayangnya, umur Larva nggak panjang. Kayak kupu-kupu." Aku diam, Luca juga diam. Mata kami bertemu, tatapan Luca berbinar terang. "Udah masuk semua?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can
HumorSudah pernah nonton orang tawuran? Sudah dong ya. Di TV. Atau mungkin di dunia nyata. Tapi, kamu pernah nggak nonton bencong tawuran? Nggak pernah, kan? Hihihihi. Tapi, ini bukan soal tawuran bencong, ya. Aku pernah sih ikut tawuran bencong. Kami ng...
Today Playlist: Mocca - I Think I'm In Love
Mulai dari awal