抖阴社区

Song For You: Maudy Ayunda - Perahu Kertas

Mulai dari awal
                                    

Oh, iya. Mas Felix kan anak orang kaya. Kok aku bisa lupa, ya? Ah, sudahlah! Itu nggak penting. "Kenapa Kakak nggak bawa mobil biasa aja gitu? Kayak Mazda 2 atau Swift atau apa gitu... yang nggak terlalu lebay kayak mobil itu." Aku menunjuknya dengan dagu aku. "Kalo kita berdua ada di dalam film, novel atau cerita gitu, pasti orang-orang yang nontonin kita pada muter bola mata. Ini tuh terlalu berlebihan tau, Kak. Aku nggak terlalu suka yang mewah-mewah."

Yah, nggak juga sih sebenarnya. Kalau aku dibeliin oleh-oleh merek Dior pasti aku terima.

"Kakak cuma punya dua mobil, Dek." Holly Nyet! Cuma dua? CUMA DUA?! Dasar orang kaya kurang ajar. Yah, nggak ada nada sombong kok di suara Mas Felix. Tetap aja agak gimana gitu. "Yang ini sama Ferari. Yang Ferari itu open roof malah. Adek lebih suka yang kayak gitu?"

Aku meringis. "Ew! Nggak. Aku lebih suka naik Mazda 2 aja. Atau Mini Cooper. Kenapa tadi nggak sewa mobil aja, sih? Alih-alih Kakak pakek mobil lebay ini?"

"Ini kita mau debat soal mobil atau mau pergi ke acara ngumpul keluarga besar Kakak, Dek? FYI, acaranya dimulai jam delapan. Dan ini jam pulang ngantor. Pasti macet. We can go now or...?"

Aku memutar bola mata. Mengangguk dua kali dan melangkahkan kaki aku. Mas Felix membuka pintu mobilnya yang so lebay itu. In another face, aku amaze sama mobilnya Mas Felix. I mean, mobil ini persis kayak yang ada di Fast and Furious. Lalu Mas Felix adalah Paul Walker. Dan aku perempuan lemah yang butuh pertolongan atau semacamnya. Aku nggak pernah bermimpi naik mobil kayak begini. Pasti musuh-musuh bencong aku bakal iri sampai bunuh diri sama aku karena naik mobil keren dan dibukakan sama cowok sekeren Mas Felix.

Apalagi Mas Felix penampilannya sore ini benar-benar gagah. Wajahnya yang ganteng biasa, kini naik level. Very-very ganteng. Rambutnya yang mulai memanjang, sengaja dibiarkan acak-acakkan. Naik tujuh ratus eliksir lagi kegantengannya. Aku juga nggak yakin, tapi kalo Mas Felix berdiri sebalahan sama Damon, lebih gantengan Mas Felix.

Oh, tenang saja. Aku tetap cintanya sama Damon. Meski dia lagi menyebalkan akhir-akhir ini.

Selama di perjalanan, kami nggak banyak berbincang. Aku menyandar dengan nyaman di sandaran kursi mobilnya Mas Felix sambil mendengar musiknya Maroon 5. Aku yang lagi menatap mobil-mobil yang macet di jalur kanan, tersentak kaget saat tangan Mas Felix berada di atas tangan aku. Awalnya hanya sentuhan biasa, lalu berubah menjadi genggaman. Aku takut-takut menoleh ke arah genggaman Mas Felix. Aku ingin menepisnya, karena aku sudah punya Damon. Suddenly, aku membayangkan Damon lagi berangkulan mesra dengan Miranda.

Maka, aku membiarkan genggaman tangan itu. Malahan, aku menarik sedikit tangan aku dari genggaman Mas Felix, membalik tangan aku agar telapak kami saling bersentuhan... kemudian aku menyatukan genggaman kami dengan sempurna. Erat dan pas.

Sekilas, aku bisa melihat Mas Felix tersenyum. Dia mengendarai mobilnya dengan satu tangan. Aku takut kami kecelakaan, di sisi lain... aku takut membuat Damon kecewa kalau dia tahu aku bermain api sama cowok lain. Aku memang bukan pacar Damon, tapi Damon sudah menaruh kepercayaannya dengan aku. Begitu juga sebaliknya. Walaupun aku agak ragu tentang Miranda. Huhuhuhu. Aku ingin menangis rasanya. Aku dilema.

Kami sampai tepat jam delapan malam. Mas Felix melepaskan genggaman tangannya saat kami sampai di depan sebuah rumah berpagar super tinggi dan besar. Mas Felix membunyikan klaksonnya, membuat dua orang security keluar dari dalam pos jaga. Mas Felix menurunkan kaca mobilnya dan menyapa siapa gitu namanya. Nama orang desa. Agak susah disebut sama lidah aku. Selanjutnya, kami dibolehkan masuk. Untuk sekian kalinya aku kembali amaze. Rumah yang ada di depan aku ini, super-duper megah. Lebih megah dari rumah Luca. Seketika itulah aku sadar, kalau aku disandingkan sama Mas Felix, aku cuma dakinya aja. Ya, ampun!

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang