抖阴社区

Song For You: HOLYCHILD - Happy With Me

Mulai dari awal
                                    

Aku nggak mungkin kasih tahu Marilyn dan Lady tentang aku yang nggak ikut ngentot. Bisa-bisa mereka menendang aku dari Clique. Aku juga bisa diejek nggak kewl. Mereka kan orang bule. Yah, blasteran sih. Untuk orang bule, masih perawan sampai umur tujuh belas tahun itu berarti kita kampungan. Lebih tepatnya, nggak laku. Itu kan memalukan untuk ukuran gay kayak aku. Pokoknya gitu deh. Aku ngentot di dark room-nya Venus sekali itu aja.

Yang ternyata, cowok itu adalah Rick. Mahgad! Aku nggak mau menceritakan detailnya, malu-maluin aja. Tiap kali aku ingat soal Venus, aku merasa kotor.

"Iya, cowok itu gue. Yang ngentot lo abis—" Aku membekap mulut Rick. Aku nggak mau dengar. Which is, menaruh aku di situasi canggung. Bibir Rick ada di dalam tangan aku. Bibirnya kenyal dan lembut. Oh, Tuhan! Cepat-cepat aku tarik tangan aku menjauh.

"Nggak usah dibahas, deh. Nggak apa-apa kok. Gue juga udah mulai lupa soal itu." Bohong beud. Aku nggak pernah bisa lupa, tentu saja. Kan itu entotan pertama aku. Aku kehilangan perawan aku di Venus. "Makasih lo udah mau jujur soal itu. Gue sadar kok, lo sama gue kan baru kenal. Lo nggak mungkin langsung cerita hal itu pas pertama kita ngomong."

Rick mendesah lega. Lagi-lagi dia mengambil tangan aku untuk dia genggam. Kali ini aku nggak menariknya. Membiarkan saja supaya Rick nggak merasa aku memusuhinya atau apa. "Ke van Felix?" tuturnya, agar suasana kami kembali seperti semula.

Aku mengangguk. Rick melepaskan genggaman dan memanggil pelayan. Nggak sampai lima menit kami sudah selesai, sekarang sedang menuju ke parkiran. Aku bingung harus ngomong apa lagi sama Rick. Otak aku tiba-tiba dipenuhi oleh adegan di Venus. Aku menggeram dalam hati agar ingatan itu sirna pergi ke antartika. Aku sih nggak yakin beruang kutub bakalan suka nggak sama adegan ngentot gay. Which mean, ingatan aku soal ngentot itu jadi layar tancap gitu di Antartika. Ya, ya, itu stupid. Aku kan lagi puyeng.

Di dalam mobil pun yang menemani kami hanya suara lembutnya Michael Buble. Aku menatap keluar jendela. Merasa—"Tuh, kan. Lo sebenernya marah sama gue, kan?"

Aku menoleh setelah Rick bertanya seperti itu. "Nggak lah. Buat apa gue marah, hmmh?"

"Terus kenapa lo daritadi diem mulu?" tanyanya, menoleh tepat menatap mata aku. Kami lagi ada di lampu merah kok, tenang aja. "Kalo lo emang marah, nggak apa-apa. Bilang aja, Jerry. Gue tau gue emang salah. Gue ngikutin lo ke sana. Gue ngikutin lo pas lo ke dark room. Terus gue ngentot lo pas ada—" Aku menaruh tangan aku di depan wajahnya. Jangan ada bekapan lagi. Aku nanti malah makin amaze dengan bibirnya.

"Gue nggak marah. Gue cuma lagi mikir. Antara seneng lo yang ternyata temen gue ngentot, di sisi lain gue takut lo ngatain gue pecun. I meaan, di dark room itu kan kita bakal ngentot sama sembarang orang. Lebih murah dari pecun, malah. At least, pecun dibayar."

Rick mengelus wajah aku. Sebentar. "Gue nggak pernah anggep lo gitu. Dan nggak akan pernah anggep lo pecun meski lo beneran jadi pecun—aw!" Dia mengelus lengannya yang aku cubit. Dia terkekeh, aku ikut terkekeh. Lampu pun hijau, nggak lupa dia mengacak rambut aku sebelum dia menjalankan lagi mobilnya. Aku yakin, Rick pasti bisa menjadi pacar yang baik. Dia gentle.

Kami sampai di van-nya Mas Felix setengah jam kemudian. "Makasih buat kejujurannya, ya. Gue nggak tau harus bilang apa lagi ke lo. Oh, makasih juga traktirannya. Rajin-rajin aja."

Tetapi Rick nggak menanggapi candaan aku. Dia malah bertanya ini: "Gue boleh meluk lo, Jer?" Aku terperanjat. Nggak lama. Sebagai jawaban, aku mengangguk sambil tersenyum. Rick lalu menarik aku, menaruh kepala aku di dadanya yang bidang dan kokoh. Aku bisa mendengar detak jantunya yang memburu. "Gue tau lo nggak mau denger ini... gue cinta sama lo, Jerry."

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang