抖阴社区

Let's the Music Play: Travis - Closer

Mulai dari awal
                                    

Mas Felix menatap aku iba. Bima berdiri canggung di depan aku. Aku menarik tangannya agar dia bergabung sama aku duduk di lantai.

"Mau Kakak buatin es tebu?" tawar Mas Felix baik hati seperti biasa.

"Yes, please. Dua, ya. Buat temen aku juga satu. Kamu mau yang taburan apa?" Aku menoleh ke Bima. "Melon, strawberry apa anggur?"

Bima mendongak ke Mas Felix dan memberikan senyuman terbaiknya. Lesung pipi itu menusuk dalam pipinya. Membuat wajahnya berubah manis. Mas Felix sedikit tersentak melihat senyumannya. Mungkin ngeri atau apa. Entah lah. "Melon aja, Bang." Aku mau terkikik mendengar Mas Felix dipanggil Abang. Tapi aku nggak melakukannya. Terkikik itu, maksud aku. Heuh!

"Hallo, semuanya!" teriak Mas Felix kencang. "Saya mau istirahat bentar." Banyak yang mendesah kecewa. "Tapi nanti kalian bisa balik ke sini lagi setelah satu jam. Nomor antriannya dipegang, ya. Supaya nggak rebutan belinya."

Lalu gumam-gumam di luar sana agak senyap ketika Mas Felix menurunkan kaca penutup van-nya. Membalik tulisan Open menjadi Close. Mas Felix sibuk membuatkan aku dan Bima minuman. Aku nggak tahu harus bicara apa sama Mas Felix. Bima juga nggak kenal sama Mas Felix. Oh, memperkenalkan mereka. "Ini Bima, Kak. Temen—"

"Kakak tau dia siapa," sahut Mas Felix, tersenyum seraya menuang es tebu ke dalam cup. "Gue suka lagu-lagu lo," ujar Mas Felix dengan nada akrab ke Bima. Entah kenapa, wajah Bima agak merona. Dia memalingkan wajahnya ke aku.

"Thanks," ujar Bima seadanya.

Satu menit kemudian minuman kami jadi. Aku langsung menyeruputnya. Mas Felix mencuri-curi pandang... ke Bima. Eh? Apakah mereka sudah saling kenal sebelum ini? Maksudnya, selain Mas Felix mengenal Bima dari lagu yang cowok itu nyanyikan.

Dari tatapan mereka kayaknya sih nggak. Aku mengernyit bingung. Oh, sudah lah! Nggak penting ini. "Kakak nggak perlu tutup, aku bisa nunggu Kakak sampe selesai kok." Es tebu aku sudah habis. Ya, ampun! Aku benar-benar kangen sama minuman ini. "Oh, iya. Bim, ini Kakak ketemu gede yang gue maksud tadi di mobil. Gimana menurut lo?" Bima melirik Mas Felix lambat-lambat. "Kece, kan? Gue emang pinter milih cowok yang mau gue jadiin Kakak." Aku terkikik. Dan cuma aku yang terkikik.

"Oh... euh, ya. Salam kenal, Bang." Bima mengulurkan tangannya. Mas Felix melap dulu tangannya di apron yang masih dia kenakan. Mereka berjabat tangan. Canggung dan sangat ganjil. Mereka berdua ini kesurupan, ya?

Lalu setelah aku perhatikan dalam-dalam, aku mengerti. Mas Felix ini seperti singa, penuh ambisi dan suka diperhatikan. Tangguh dan nggak mudah menyerah. Tapi di balik semua itu, singa tetap lah seekor kucing. Yang ingin dimanja. Sedangkan Bima ini musang. Jahil, menyenangkan, dan suka memperhatikan orang lain. Dan musang masih kerabat dekat tikus. Kucing dan tikus selalu saling mengejar.

Oh, oh... aku paham! Apakah mereka berdua sama-sama berpikir kalau satu sama lain sangat lah menarik? Mas Felix merasa ingin menerkam Bima, dan Bima gugup karenanya. Itu dia! Nah, cucoklogi yang aku bikin lebih masuk akal ketimbang bilang aku cewek tomboy yang operasi plastik jadi cowok.

Aku berdeham. Mereka segera melepaskan jabatan tangan. Cepat-cepat Mas Felix mengatakan sesuatu agar aku nggak mengatakan sesuatu yang aneh-aneh. "Adek nggak apa-apa? Kakak udah liat beritanya di TV. Pasti Adek lagi down sekarang. Mau Kakak buatin pancake? Mau nasi goreng pedas manis?" cerocosnya salah tingkah. Aku benar-benar ingin tertawa. Datang ke sini ternyata keputusan yang tepat.

"Pancake boleh juga." Aku nggak perlu membahas isi hati aku sekarang. Aku capek sedih-sedihan dan bermuram durja. Mending aku menonton Bima dan Mas Felix. Obat paling ampuh mengobati sakit hati (soalnya hati nggak kelihatan jadi nggak bisa dikasih betadine) adalah orang baru. Dan mereka berdua sudah saling menemukan. "Pakek ice cream ya topping-nya."

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang