抖阴社区

Catch Me If You Can

By rendifebrian

913K 68.8K 15.1K

Sudah pernah nonton orang tawuran? Sudah dong ya. Di TV. Atau mungkin di dunia nyata. Tapi, kamu pernah nggak... More

Today Playlist: Lady Gaga - Manicure
Today Playlist: Lily Allen - F眉ck You
Today Playlist: NONONO - Pumpin Blood
Today Playlist: Ashleigh Haney - Walking On
Today Playlist: Lenka - Dangerous And Sweet
Today Playlist: Nikka Costa - First Love
Today Playlist: Carly Rae Jepsen - I Really Like You
Today Playlist: Avril Lavigne - What the Hell
Today Playlist: The Ting Tings - Shut Up And Let Me Go
Today Playlist: Colbie Caillat - Bubbly
Today Playlist: Diana Vickers - The Boy Who Murdered Love
Today Playlist: Pearl and the Puppets - Make Me Smile
Today Playlist: Eva Simons - I Don't Like You
Today Playlist: Sister Nancy - Bam Bam
Today Playlist: Florrie - Begging Me
Today Playlist: Fergie - Pedestal
Today Playlist: Mocca - I Think I'm In Love
Today Playlist: Melanie Martinez - Soap
Today Playlist: Wild Belle - Keep You
Today Playlist: Ke$ha - Kiss N Tell
Today Playlist: Aqua - Lollipop
Today Playlist: The Bird and the Bee - F眉cking Boyfriend
Today Playlist: Clintongore - I Need a Star
Song For You: Foxes - Let Go For Tonight
Song For You: Mandy Moore - Stupid Cupid
Song For You: Willow Smith - Whip My Hair
Song For You: Eva Simons - I Don't Like You
Song For You: Maudy Ayunda - Perahu Kertas
Song For You: Sixpence None The Richer - Kiss Me
Song For You: Dido - Thank You
Song For You: Selena Gomez - The Heart Wants What It Wants
Song For You: Alice Jemima - Liquorice
Song For You: Phoebe Ryan - Mine
Song For You: HOLYCHILD - Happy With Me
Song For You: Ariana Grande - Side To Side ft. Nicki Minaj
Song For You: Tiffany - I Think We're Alone Now
Song For You: Halsey - Hurricane
Song For You: Beyonc茅 - Sorry
Song For You: Miley Cyrus - See You Again
Let's the Music Play: Rupaul - The Beginning
Let's the Music Play: Owl City - Fireflies
Let's the Music Play: Futuristik - Little Bit
Let's the Music Play: Porter Robinson & Madeon - Shelter
Let's the Music Play: Florida - Good Feeling
Let's the Music Play: DJ Snake Feat. Bipolar Sunshine - Middle
Let's the Music Play: Bastille - Flaws
Let's the Music Play: Twenty One Pilots - Cancer
Let's the Music Play: Coldplay - Paradise
Let's the Music Play: Calvin Harris - Ready For the Weekend
Let's the Music Play: Mika - Relax
Let's the Music Play: Travis - Closer
Let's the Music Play: James Bay - Forever
Let's the Music Play: ZAYN - Pillow Talk

Song For You: Audrianna Cole - Lovely

22.2K 1.4K 447
By rendifebrian

Chapter 27 | Akan ada kudeta, ya, ampun!

Hari Senin-nya aku mencoba untuk menemui Luca.

Aku nggak mau cowok itu membenci aku. Masalah aku udah banyak di dunia ini, aku nggak mau punya satu musuh baru. Aku nggak mau punya Miranda-Miranda yang lain di dalam hidup aku. Sebab itulah aku berada di sini sekarang. Duduk di salah satu kursi penonton di sayap barat. Aku biasanya duduk di sayap timur. Tapi aku yakin, kalau Luca lihat aku dia pasti bakal kabur. Omong-omong, sayap yang aku lagi bicarain itu sayap tempat duduk penonton pertandingan sepak bola, ya. Bukan sayap yang ada di softex untuk mencegah darah mens tembus ke cawat.

Lihat Luca! Meliuk-liuk seperti ular, melewati teman-temannya yang mau mengambil bola yang ada di bawah kakinya. Dari raut wajahnya saja aku udah tahu dia lagi penuh kemarahan. Uh! Aku takut. Dia mirip The Dark Queen yang ada di film The Huntsman. Tapi nggak apa-apa. Aku harus kuat, aku pasti bisa menghadapi kemarahan Luca. Aku kan Snow White. Hati aku sebersih salju dan kulit aku seputih gula yang manis. Dark Queen akan jadi Light Queen kalau ketemu sama wajah aku yang terang benderang bagai Putri Salju.

Kawaii!

Nggak lama kemudian, latihannya pun selesai. Aku melirik jam tangan aku. Udah mau jam dua. Ya, ampun! Memangnya mereka nggak kepanasan gitu? Latihan siang-siang bolong begini? Aku sih ogah, ya. Nanti kalau aku kena kanker kulit gimana? Sinar matahari di Jakarta kan penuh sama toksin berbahaya. Pantas saja mereka semua kulitnya cokelat begitu. Dasar cowok-cowok aneh. Mereka harusnya menjaga kulit mereka tetap bersih dan bagus. Kecuali yang itu, tuh. Si Farel sama Bram. Itu mah biarin aja gosong. Kan mereka jelek. Well, whatever!

Seharian ini aku susah banget mau ketemu sama Luca karena sekolah aku lagi mengadakan apa gitu, makanya kami semua pulang cepat. Setiap kali aku mau mendekati Luca, cowok itu udah hilang entah ke mana. Kena bom mungkin kayak si Prim. Nah, sekarang, ketika aku melihat dia lagi duduk di lapangan sana, meminum Evian-nya dengan gaya gagah, aku harus ngomong tujuh belas mata sama dia. Itu kebanyakkan nggak, ya? Aku nggak mau empat mata. Aku bukan Tukul!

Coach-nya sepak bola yang namanya aku selalu lupa menutup ceramah panjangnya soal apa gitu karena aku nggak terlalu mendengarkan. Satu persatu cowok-cowok berkeringat anyir itu pergi dari lapangan. Menyisakan Luca yang masih saja sibuk meminum Evian-nya. Aku nggak tahu apa ini kuasa Tuhan atau memang Luca lagi mau lama-lama di lapangan karena mau bikin ritul ala-ala suku Zimbabwe untuk menyantet aku, kini dia tinggal sendirian di sana. Berdiri sambil membuka kaus jersey-nya dengan satu tangan. Ya, ampun! Luca itu juga seksi, you know.

Lupakan soal seksi itu! Aku harus ngomong sama cowok itu sekarang sebelum dia santet aku.

"Luca!" panggil aku, turun ke lapangan bola melalui tangga yang agak curam. Luca mengernyit, dia langsung menyampirkan kaus jersey-nya ke pundak dan siap-siap kabur. "Don't run away!"

Dia nggak jadi run away, dia berdiri kaku aja di sana. Aku pun maju mendekat, mencium aroma Luca yang agak asam dan juga manis. Keringat turun dari tengkuknya, membasahi punggungnya yang seksi. Uh! Aku kangen sama punggung Damon. Punggungnya Damon lebih seksi daripada punya Luca. Tapi, well, yang namanya punggung seksi itu selalu bisa bikin aku horny. Ya, ampun! Tentu aja nggak. Aku nggak mungkin minta Luca ngentot aku di tengah lapangan sepak bola karena aku horny melihat punggungnya yang seksi dan berkeringat.

Emang aku sejalang itu, hmmh? Aku itu Putri Salju. Anggun dan berkelas!

"Bisa nggak kita bicara baik-baik, Ca?" tanya aku gugup. Maju satu langkah lagi agar bisa lebih dekat sama Luca. Bukan buat melihat punggung cowok itu dengan jelas kok. Bukan, ya. Hanya mau mendekat aja gitu. Agar aku bisa mendengar suara Luca yang samar kalau nanti dia mulai buka mulut. "Kayak Selena Gomez dan Justin Bieber. Gue Selena Gomez-nya."

"What?!" Luca berbalik, menggantikan punggung seksinya menjadi tubuh ratanya yang pernah aku sentuh dengan penuh nafsu. Aku bahkan tahu bentuk kontol yang ada di balik garis V di sekitaran pusarnya itu. Ya, mehong! Aku angkat pandangan aku. Refleks, aku membenarkan rambut Luca yang berantakkan. Membuat mata cowok itu melotot kaget, tapi nggak niat untuk menepis menjauh tangan aku. Setelah rapi dan perasaan awkward memenuhi dada aku, aku tarik tangan aku dari atas kepala Luca. "Lo mau ngomong apa?"

Oh, dia mau ngomong sama aku. Dan suaranya terdengar tegas. Nggak samar-samar. "Mau—"

"Soal yang kemarin?" potong Luca ketus. "Gue nggak butuh penjelasan apa-apa, Er. Lo lebih milih orang yang udah nyakitin lo berkali-kali daripada milih orang yang baru nyakitin lo satu kali. In fact, kita impas, Er. Lo juga udah nyakitin gue. Lo mau minta maaf? Fine. Gue udah maafin lo. Tapi cowok itu?! Hahahaha! Jangan harap, Er. Dan lo tau siapa yang gue maksud."

Waktu Luca ketawa pura-pura barusan, dia benar-benar mirip The Dark Queen. Aku pokoknya nggak boleh gentar. Aku juga nggak mau Luca benci sama Damon. Ya, ampun! Apa aku sangat-sangat terdengar naif barusan? Kenapa aku nggak mau Luca benci sama Damon? Damon aja benci sama Luca. Uh! Apa yang sedang aku lakukan sebenarnya?

"Yah, kalo gitu... makasih udah nggak benci sama gue. Karena gue juga udah nggak benci sama lo lagi." Aku udah nggak ada urusan di sini. Aku nggak mungkin bisa merubah pikiran Luca untuk nggak membenci Damon. Maksud aku, buat apa juga? Yang terpenting aku sama Luca bisa menjalin pertemanan kalau berpapasan di hallway sekolah. Aku nggak mau kami saling benci. "Gue cabut, deh. Seneng akhirnya bisa bicara baik-baik sama lo, Ca."

Aku baru aja mau berbalik, namun tangan Luca menahan pundak aku. Dia mendekat, dan aku tahu apa yang mau dia lakukan. Aku langsung memalingkan wajah aku. Membuat bibir Luca menempel di pipi aku yang sebelah kanan.

"Nanti ada yang lihat, Ca! Lo kan discreet!" Aku mendorong tubuh basah Luca menjauh.

"Jadi kalo kita di tempat sepi lo mau gue cium?" tanyanya tolol. Aku putar bola mata nggak suka.

Aku udah benar-benar niat mau pergi dari hadapan Luca. Setidaknya Luca udah balik kayak dulu lagi. Cowok tolol yang suka bikin aku putar bola mata. Tapi, lagi-lagi Luca menahan aku. Dia nggak ada mengatakan apa-apa. Hanya menatap mata aku yang juga sedang menatap mata cemerlangnya. Sekarang, mata itu dipenuhi kilat-kilat aneh. Penuh tanda tanya besar yang dia pendam. Aku menunggu. Aku yakin Luca kan bertanya beberapa detik lagi.

Luca menarik napas panjang, dahinya mengerut dalam. "Apa sih yang lo lihat dari cowok itu? Yang ngebuat lo lebih milih dia daripada gue? Jangan bilang karena lo cinta sama dia. Karena lo juga cinta sama gue. Kasih gue jawaban yang lain."

Dahi aku juga ikut mengerut. Iya. Apa, ya? Aku nggak tahu pasti jawabannya. Aku cuma nggak mau jadi sahabat Damon lagi. Waktu cowok itu ngajak aku sahabatan sama dia lagi pas aku lagi di ultah temannya Mas Felix itu, somehow aku merasa hubungan aku sama Damon harus beda dari sebelum-sebelumnya. Apa aku milih Damon karena dia lebih seksi dari Luca? Apa aku milih Damon karena aku kenal betul siapa itu Damon dan kembali ke zona aman aku? Apa aku milih Damon karena aku terbiasa sama rasa sakit yang nanti Damon berikan pada aku? Aku tsundere!

"Nggak tau juga, Ca," jawab aku jujur. Aku berpikir lagi sebentar. Nope! Masih nggak nemu juga jawaban yang tepat. Luca nggak mau bilang aku milih Damon karena aku cinta sama cowok itu. Kenyataannya aku juga masih cinta sama Luca. Apa aku milih Damon karena aku napsuan aja? Oh, it's bad. Aku akan dikutuk sama Tuhan jadi bencong alami. "Gue... nyaman sama dia."

"Dan lo nggak nyaman sama gue?" tanya Luca dongkol. Aku benci kalau Luca jadi kasar begini.

Aku menghembuskan napas panjang. "Gue juga nyaman sama lo. Tapi kadarnya beda, Ca. Kalo sama Dam—Tomas lebih banyak. Gue bener-bener minta maaf karena nggak bisa nerima perasaan lo. Gue yakin lo tulus. Tapi, gue udah meyakinkan diri gue sendiri buat milih Tomas. Dia bukan sekedar cinta pertama. Gue kenal betul di siapa, begitu juga sebaliknya. Balik ke Tomas, meski dia udah nyakitin gue berkali-kali—dan gue juga udah nyakitin dia berkali-kali, emang terasa lebih pas aja buat sekarang. I love you, Luca. I really did. Tapi, cinta aja kan nggak pernah cukup. Gue berterima kasih banget karena lo mau susah-susah cinta sama gue."

"Nggak susah, Jerry!" tegas Luca, dia memutus jarak di antara kami. Aku mencoba mundur, tapi tangan Luca masih aja menahan tubuh aku yang aduhai semampai. "Lo bisa ngebuat gue ketawa, lo bisa ngebuat gue menghargai orang lain. Emang lo beneran nggak bisa milih gue?"

Aku menggeleng dua kali. Ingin menegaskan hal itu sungguh-sungguh. "Gue pilih Tomas."

Luca melepaskan tangannya dari tubuh aku. Dia mundur beberapa langkah. Mengacak rambut berantakkannya dengan frustasi. Aku mengernyit. Dia nggak perlu seperti itu. Maksud aku, dia ganteng. Siapa yang nggak mau jadi pacar Luca? Ups. Aku kan nggak mau, ya. Intinya, aku yakin Luca akan menemukan bencong yang lain. Atau malah dia akan pacaran sama cewek yang bisa ngasih dia lima puluh anak. Entah itu anak anjing atau anak manusia. Aku mau meluk Luca. Mau menenangkan cowok itu. Setelah aku pikir-pikir lagi, kayaknya nggak usah, ya.

"Gue bakal buat perhitungan ke cowok itu," ujar Luca tiba-tiba vexing. Memangnya Damon suka pelajaran Matematika sampai Luca repot-repot mau ngasih perhitungan dan perkalian? Oh, aku baru ngerti. Maksudnya mau balas dendam gitu, ya? Ya, mehong! Luca kok mau berubah jahat sih kayak Mak Enok?! "Dari awal gue tau dia bakal ngerusak hubungan gue sama lo, Jerry. Kalo dia aja bisa ngambil lo dari gue, kenapa gue nggak bisa ngelakuin hal yang sama?"

"Maksudnya?" tanya aku bingung. Luca harus ngomong bahasa Sunda biar mirip Mak Enok.

"Lo mau jadi pacar gue nggak?" tanya Luca, makin membuat aku bingung. "Kalo lo mau jadi pacar gue, gue janji nggak bakal ngapa-ngapain orang itu. Tapi kalo lo nolak, kita lihat aja apa yang bakal gue lakuin ke cowok sialan lo."

"Lo lagi kesurupan ya, Ca?" Aku mendekat, ingin menempelkan tangan aku di keningnya.

Luca mundur beberapa langkah lagi. "Jadi? Lo mau?" paksanya nggak sabar. Mau apa? Jadi pacar Luca gitu? Nggak, ah! Aku udah nggak mau jadi cowok plin-plan lagi. Aku lebih milih Damon. Maka, aku pun menggeleng absolut. "Fine. Gue bakal anggep ini kudeta antara gue sama dia."

Apanya yang coup d'etat, sih? Luca memangnya nggak sadar kalau dia udah kalah. Don't get me wrong. Aku suka diperebutkan cowok-cowok cakep. Ini salah satu hal yang pernah aku tulis di bucket list aku. Dulu aku maunya diperebutkan sama Edward Cullen dan Jacob, tuh kayak si Bella Swan. Sayangnya, aku udah nggak punya niat kayak gitu lagi. Aku mau hidup aku tenang seperti Kate Middleton. Aku mau dadah-dadah cantik aja ke homo-homo yang iri sama aku. Dan aku mau lihat saat homo-homo itu bunuh diri karena iri hati sama aku.

Bentar, aku ketawa dulu, ya. Kasihan deh kalian para homo yang sok menghina aku! Rasain!

"Apa yang bakal lo lakuin ke Tomas, Luca? Lo mau perkosa dia? Aduh. So hawt! Pasti—ew! Itu nggak hawt." Luca menatap aku ngeri. Tentu aja dia nggak bakal perkosa Damon. Yang ada nanti malah Luca yang diperkosa Damon. Aku mau deh ada di tengah-tengah mereka. Aku bawa kamera sebesar gaban terus ngerekam aksi bejat mereka. So cute kawaii! Eh, Damon kan punya aku, ya. Aku harus jaga Damon. "Puh-lease, Luca! Apapun yang lo rencanain buat Tomas, gue saranin lo berhenti sekarang. Lo kan nggak mau gue benci sama lo. Rite?"

"Gue emang nggak mau lo benci sama gue. Tapi lo juga nggak mau jadi pacar gue. Percuma."

"Oke. Terserah lo deh, Ca. Tapi lo nggak bakal bunuh Tomas, kan? Lo mau emang masuk bui?"

Kedua alis Luca terangkat penuh tantangan. "Just wait and see, okay?!"

Setelah berkata seperti itu, Luca beranjak pergi. Aku hanya mengedikkan bahu, karena aku tahu Luca pasti nggak akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Aku nggak punya banyak waktu untuk memikirkan rencana jahat Luca. Karena, entah kenapa, aku merasa Luca hanya pura-pura aja gitu. Dia nggak mungkin sungguhan menggertak aku. Lagi pula, Damon jenis cowok kuat kok. Dia pasti bisa menghadapi Luca kalau cowok ganteng itu mulai melancarkan kudetanya. Aku mau duduk cantik aja nanti, sambil pelukkan sama Zayn Malik.

Ah, bahagianya diperebutkan cowok-cowok ganteng! Sampai main coup d'etat segala. Hihihihi!

***

"Ih! Kok lengan aku makin besar, ya? Aku kan nggak mau kelihatan kayak cowok." Lady menjerit ketakutan saat melihat pantulan lengannya di kaca. Aku menyedot Boba Tea aku pelan-pelan. Siap mendengar segala keluh kesah tentang diri mereka sendiri. "Aku nggak mau kayak cowok!"

"Dahi aku makin lebar, nih! Aku udah kayak Mario Teguh. Aku jenong." Marilyn mengernyit dari balik cermin lumba-lumbanya. Itu cermin dia beli di London, you know. Ada tiga. Yang cermin panda dia kasih buat aku, yang kelinci buat Lady, dan dia lumba-lumba. Kami kan bencong-bencong imut. Cermin kami juga harus imut. Bukan malah pakek cermin dari bedak wardah. Ew! Bencong-bencong jahanam di luar sana akan mentertawakan kami. "Kita ke sini mau ngomong soal apa sih, Cinta? Kamu mau ngasih tau kami berdua kalo kamu kena hepatitis?"

Aku pukul lengan Marilyn, membuat bencong itu mengernyit kesakitan. Padahal aku mukulnya pelan, lho. "Enak aja kamu kalo ngomong!" Aku menyedot lagi Boba Tea aku. Melirik sebentar jam tangan Gucci yang melingkar di pergelangan aku. Udah mau jam empat sebentar lagi. Aku kan harus kerja di van Mas Felix. Walaupun kami masih sama-sama awkward. "Ada orang yang mau aku kenalin ke kalian berdua. Sekalian ngeklarifikasi soal yang dulu itu."

"Siapa?" tanya Lady. Masih aja menatap lengannya. "Ih, kok lama-lama aku kayak cowok, ya?"

Oh, ya ampun! Tentu aja kamu bakal kayak cowok. Kan kamu emang cowok. Tapi aku nggak bilang gitu, tentu aja. Aku takut dicakar sama Lady. Aku hanya menghembuskan napas dan mencoba meraih buble jelly yang ada di dasar Boba Tea aku dengan sedotan. "Ada, deh. Nanti juga kalian berdua kenalan sama dia. Aku harap kalian nggak gigit orang ini, ya. Pretty please!"

Marilyn menopang dagu. "Emang kenapa harus kami gigit? Dia ganteng, ya?"

Aku mengangguk. Perhatian Lady kembali ke arah aku. "Sagitarius?" tanyanya heboh. Aku lagi-lagi hanya mengangguk. Kalau sagitarius aku tahu artinya. Serius. "Dia cowok baru kamu atau apa nih, Cinta? Kalo bukan kasih ke aku aja, deh. Mumpung aku lagi jomblo. Kamu emang nggak kasihan gitu sama lubang pantat aku yang lama-lama jadi poker butt?"

"Apa itu poker butt?" Aku bertanya bingung.

"Poker butt itu artinya pantat yang udah nggak mengenali lagi kontol ke pantat mereka." Lady mengambil kikir kuku yang ada di dalam tote bag-nya. Aku putar bola mata lagi. Emang ada gitu pantat botty kayak dia bakal lupa sama kontol? Meh! "Tapi kalo dia cowok baru kamu, karena kamu lagi berduka cita atas kepergian Luca, aku sih oke-oke aja. Aku juga lagi deket sama cowok lately. Aku niatnya nggak mau deket sama ini cowok, tapi...."

"Tapi apa?" tanya aku dan Marilyn bersamaan. Lady hanya mengedikkan dagunya tanda nggak mau buka mulut. Karena kepo aku lagi dalam mode off, jadi aku nggak bertanya lebih lanjut. Aku membiarkan saja dua bencong itu mulai mengeluh soal garis rahang dan alis yang nggak rapi.

Kami bertiga lagi ada di Oceanic Tea. Aku ingin memperkenalkan mereka ke Damon. Kemarin malam, sebelum kami memulai sesi ngentot yang lain, Damon berkata kalau dia mau serius sama aku. Sama hubungan kami. Makanya aku yakin untuk nggak menerima Luca. Hati aku udah berlabuh di hatinya Damon. Dan aku nggak ada niat mau mengutak-ngatiknya lagi. Kecuali kalau kami emang nggak berjodoh, ya. Itu lain lagi ceritanya. Oh, omong-omong soal Oceanic Tea, ini tempat aku biasa nongkrong sama Miranda dan Damon jaman kami masih sahabatan dulu.

Ah! Ada BBM masuk dari Damon. Aku juga udah temenan sama dia di BBM. Di WhatsApp juga. Di Line juga. Di KakaoTalk juga. Di BeeTalk juga. Damon udah sampai. Dia lagi jalan mau masuk ke sini. Aku balas BBM-nya: gue sama gang banci duduk di paling pojok, yang di deket rumbai-rumbai tanaman teh palsu. Biar nggak ada yang mergokin lo kalo lo damon atandi tomas. Dibalas emoc cium sama Damon. Aku blushing. Tujuh belas detik kemudian, aku menengok dari rumbai kalau pintu Oceanic Tea baru aja dibuka. Di sana dia, menjulang tinggi dengan topi baseball dan juga kacamata hitam anadalannya. Aku mengangkat tangan, memberi isyarat.

Damon mengulas senyum manis. Dia maju mendekat ke arah meja kami. Marilyn dan Lady masih sibuk membahas soal honeycomb dan teakwood. Ketika Damon akhirnya udah duduk di sebelah aku, barulah dua bencong itu mengangkat pandangan mereka. Damon melepas kaca-mata serta topi baseball-nya. Aku menarik rumbai-rumbai teh agar cewek-cewek alay yang duduk dua meja dari kami nggak sadar kalau lagi ada Atandi Tomas di sini. Nah, tuh! Persis ekspresi Lady dan Marilyn sekarang. Mereka menganga. Damon tersenyum simpul ke mereka.

"Ehmmh," aku memulai, namun berhenti karena mereka masih aja menatap kagum ke arah Damon. Oke! Bencong bisa kesurupan juga nggak, ya? "Aku yakin kalian udah kenal sama cowok yang duduk di sebelah aku ini, kan?" Mereka mengangguk kaku. Damon menatap ke arah aku sekarang. "Well, aku sama dia, ehmh—" Aku ikut menatap Damon. Dia tersenyum simpul juga buat aku. "Kami mulai deket sekarang. Dalam artian... seks. Oh, puhlease! Jangan histeris!"

Yang pertama kali berhenti dari kekaguman adalah Marilyn. "Bukannya dia homophobic, ya?"

Aku mengibaskan tangan. "Itu cuma salah paham. Kapan-kapan aku ceritain kalo kita bertiga lagi spa di Leisurely. Sekarang yang aku mau ceritain ke kalian adalah... well, Damon mau kenal sahabat-sahabat yang aku punya. Eh, maksud aku Tomas."

"Kenapa mau kenalan sama kami?" tanya Lady, tiba-tiba genit. Dia menjilat bibirnya dan sok-sok melingkarkan rambutnya dengan telunjuk. Ew! "Kamu beneran cakep ya kalo dari deket. Aku kira kamu cuma cakep dari balik kamera aja."

"Lady—eh, Ara! Fokus!" Aku nanti sodorin dia lagunya Ariana Grande yang Focus itu, ah!

Damon tersenyum ke Lady. Senyuman iba. "Mau kenal aja. Siapa tau Jerry sahabatan sama orang yang nggak bakal gue suka." Dalam artian, Damon nggak mau aku sahabatan sama cowok Top gitu deh. Tadi malam dia sendiri yang bilang gitu. Dia pikir aku jalang apa? Mau selingkuh dari dia. Nggak, lah! Aku kan lovely, nggak suka selingkuh. "Tapi sekarang gue udah nggak kuatir lagi. Gue malah seneng Jerry sahabatan sama kalian. Pantes kalian getting along bareng selama ini."

"Ih, sebenernya nggak tauk!" Sekarang giliran Marilyn yang centil. "Jerry kurang bencong!"

Selama ini aku selalu menyamai diri aku dengan Miss Universe, kurang bencong apa lagi, sih? Apa aku harus dandan cantik juga kayak mereka? Tak usah, ya! Aku nggak cocok sama make up. aku malah kelihatan kayak bencong Taman Lawang. Marilyn sama Lady kan dasarnya emang cantik. Nggak ada aura cowoknya sama sekali. Lagi pula, aku nggak butuh jadi cantik. Aku udah punya Damon yang mau sama aku. Tanpa pelet, tanpa susuk. Ha!

Belum sempat kami bicara yang santai-santai, mata aku nggak sengaja ketemu sama makhluk bernama Iblis Betina. Dia berdiri di sana, menatap aku juga. Dengki. Ngapain Miranda ke sini?!

***

AN:

Yay!!! Saya update lagi. Mudah-mudahan mulai besok udah mulai rajin lagi, ya. Saya emang bulan ini lagi sibuk banget. Ada urusan gitu, lah! Belum lagi saya ada drama rumah tangga juga sama nih bocah. Hmmh.

Kalian masih baca Jerry, nggak? Atau saya tamatin aja, ya? Kasih tau saya, oke?

Vote sama komennya yang banyak. 560 Votes dan 500 komen. Well, tembus nggak tembus mudah-mudahan saya bakal update cepet, kok. Bulan Desember sama mau fokus sama cerita yang akan saya buat dalam bentuk PDF dan mau saya jual. Belinya pakek pulsa. Biar kalau kuota internet saya habis, bisa beli dari hasil penjualan cerita saya. Muahahahaha!

Yang cerita dalam PDF nggak akan rumit kayak gini, kok. Tetap komedi. Tapi nggak ada ngentot atau omongan kotor. Well, sedikit-sedikit sih ada. Muahahaha!

Itu aja. Thank you. And bencong you. XO.

May the odds be ever in your favor, gays! Muach :D


Continue Reading

You'll Also Like

90.1K 6.7K 33
SEBELUMNYA AKU MAU DISCLAIMER DULU, BAHWA CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA DAN TIDAK ADA DI DUNIA NYATA SERTA TIDAK BERMAKSUD UNTUK MERENDAHKAN PIHAK...
330K 28.9K 64
--- Nara Fadlan --- Aku datang untuk mengabdi di desa ini. Di sana, aku bertemu dengannya, seorang tentara yang dingin dan kasar. Namun, seiring wak...
18K 2K 20
Nayaka Pasha atau yang lebih akrab disapa Acha. Acha bukan tipe orang yang suka ribet. Hidupnya sederhana: bangun, makan, bercanda, dan berpikir (mes...
361K 21.7K 28
鉁擜NOTHER REPOST GAY STORY 鉁擮RIGINAL WRITER : @lockyyyy 鉁擠ON'T LIKE DON'T READ! 鉁擫GBT HATERS GO AWAY!!