抖阴社区

Catch Me If You Can

By rendifebrian

913K 68.8K 15.1K

Sudah pernah nonton orang tawuran? Sudah dong ya. Di TV. Atau mungkin di dunia nyata. Tapi, kamu pernah nggak... More

Today Playlist: Lady Gaga - Manicure
Today Playlist: Lily Allen - F眉ck You
Today Playlist: NONONO - Pumpin Blood
Today Playlist: Ashleigh Haney - Walking On
Today Playlist: Lenka - Dangerous And Sweet
Today Playlist: Nikka Costa - First Love
Today Playlist: Carly Rae Jepsen - I Really Like You
Today Playlist: Avril Lavigne - What the Hell
Today Playlist: The Ting Tings - Shut Up And Let Me Go
Today Playlist: Colbie Caillat - Bubbly
Today Playlist: Diana Vickers - The Boy Who Murdered Love
Today Playlist: Pearl and the Puppets - Make Me Smile
Today Playlist: Eva Simons - I Don't Like You
Today Playlist: Sister Nancy - Bam Bam
Today Playlist: Florrie - Begging Me
Today Playlist: Fergie - Pedestal
Today Playlist: Mocca - I Think I'm In Love
Today Playlist: Melanie Martinez - Soap
Today Playlist: Wild Belle - Keep You
Today Playlist: Ke$ha - Kiss N Tell
Today Playlist: Aqua - Lollipop
Today Playlist: The Bird and the Bee - F眉cking Boyfriend
Today Playlist: Clintongore - I Need a Star
Song For You: Foxes - Let Go For Tonight
Song For You: Mandy Moore - Stupid Cupid
Song For You: Willow Smith - Whip My Hair
Song For You: Audrianna Cole - Lovely
Song For You: Eva Simons - I Don't Like You
Song For You: Maudy Ayunda - Perahu Kertas
Song For You: Sixpence None The Richer - Kiss Me
Song For You: Dido - Thank You
Song For You: Selena Gomez - The Heart Wants What It Wants
Song For You: Alice Jemima - Liquorice
Song For You: Phoebe Ryan - Mine
Song For You: HOLYCHILD - Happy With Me
Song For You: Ariana Grande - Side To Side ft. Nicki Minaj
Song For You: Tiffany - I Think We're Alone Now
Song For You: Halsey - Hurricane
Song For You: Beyonc茅 - Sorry
Song For You: Miley Cyrus - See You Again
Let's the Music Play: Rupaul - The Beginning
Let's the Music Play: Owl City - Fireflies
Let's the Music Play: Futuristik - Little Bit
Let's the Music Play: Porter Robinson & Madeon - Shelter
Let's the Music Play: Florida - Good Feeling
Let's the Music Play: DJ Snake Feat. Bipolar Sunshine - Middle
Let's the Music Play: Bastille - Flaws
Let's the Music Play: Twenty One Pilots - Cancer
Let's the Music Play: Coldplay - Paradise
Let's the Music Play: Calvin Harris - Ready For the Weekend
Let's the Music Play: Mika - Relax
Let's the Music Play: James Bay - Forever
Let's the Music Play: ZAYN - Pillow Talk

Let's the Music Play: Travis - Closer

5.5K 582 47
By rendifebrian

Chapter 52 | Mereka....

Ternyata aku salah. Setelah seminggu, berita itu masih tersiar ke mana-mana. Akibat Damon yang nggak buka suara apa-apa, banyak sekali orang tolol yang membuat cucoklogi nggak masuk akal. Bilang kalau Damon itu sebenarnya aseksual dan lain-lain. Ada juga yang bilang kalau aku adalah seorang wanita jelek yang menyamar. Apa itu maksudnya? Aku ingin mencekik mereka.

Si Faila Putri Danang itu juga makin kurang ajar. Dia mem-posting foto kepala aku yang sedang diusap manja sama Damon. Jadi selama kami makan di warung Mang Arno itu dia memotret kami setiap menitnya. Oke, aku nggak menyalahkannya. Mungkin dia suka Damon dan mau dia abadikan. Kalau di depan aku ada Zayn Malik atau siapa lah aku pasti melakukan hal yang sama.

Tapi caption-nya si Faila ini yang bikin aku gregetan. Masih bilang kalo aq bohong? Ini bukti yg laen kalo mereka pasti pacaran. Dia benar-benar memperkeruh suasana. Dia juga sepertinya suka posting-annya jadi pusat perhatian.

Dan selama seminggu ini aku merana. Semua teman aku di Path, Instagram dan semua sosmed lainnya tahu cowok itu aku. Mereka semua mencecar aku yang aneh-aneh. Terlebih lagi Miranda. Nggak habis-habisnya menghina aku nggak tahu diri. Bilang kalau aku itu nggak baik buat Damon. Aku telah menghancurkan karir cowok itu.

Dari Damon-nya sendiri, dia malah anteng-anteng aja. Dia masih pergi syuting dan sebagainya itu. Menjalani hari seperti biasa. Bedanya dia selalu dikerubuni para wartawan setiap kali selesai syuting atau lagi jalan ke mana. Dan kami sepakat, aku dan dia nggak akan jalan bareng-bareng dulu selama beberapa minggu sampai semua situasi chaos ini sedikit mereda. Aku sih maunya pas benar-benar reda.

Sudah tiga hari ini aku ngeri keluar kamar. Hiburan aku hanya Marilyn dan Lady yang menceritakan hari mereka di tempat baru. Kalau aku lagi nggak telponan sama mereka, aku palingan hanya berbaring lesu di atas kasur atau menonton serial drama Korea dan menangis setiap para pemainnya lagi sedih. Dan mereka selalu sedih entah karena apa. Aku hanya memang ingin mengeluarkan air mata..

Padahal beberapa hari lagi aku dan Damon akan satu bulanan. Masa lebih lama pendekatannya daripada jadiannya. Kami dekat hampir tiga bulan, jadian satu bulan? Ya, ampun! Benar-benar bencana.

BBM aku berbunyi. Aku membukanya. Pesan dari Bima. Mengajak aku jalan-jalan agar aku nggak merana seperti Martyle. Meski Bima dan aku harus sedikit menjaga jarak setiap kali bertemu (ini atas permintaan Damon) kami makin dekat. Sebagai teman. Sebagai teman. Aku nggak tahu apakah Bima masih naksir aku apa nggak. Dia selalu bertingkah kasual kalau sama aku. Jadi aku nggak bisa menebaknya.

Aku membalas pesannya. Mengatakan aku takut keluar. Banyak fans psycho Damon yang mengatakan hal-hal aneh ke aku. Bikin aku ketakutan setengah mati. Mereka sama sekali nggak memberi ancaman. Tapi tetap saja terdengar gila dan aku bisa menanggung rasa sakit. Rasa sakit yang paling besar adalah: dipermalukan.

Balasan baru dari Bima. Mengatakan aku bisa pergi ke tempat persembunyian di mana aku merasa bahagia. Dia nggak mau aku terus mengurung diri di kamar. Dia juga bilang, kalau ini hari liburnya dan dia mau menemani aku. Agar aku merasa lebih baik.

Setelah dipikir-pikir lagi, Bima ada benarnya. Aku harus keluar dari kamar ini. Pergi ke tempat persembunyian aku. Tapi di ma—ah! Itu dia! Van-nya Mas Felix. Aku selalu merasa senang di sana. Aku juga kangen sama es tebunya. Maka aku mengetikkan balasan secara kilat. Memberitahunya titik pertemuan kami.

Aku turun dari atas kasur. Mengambil topi dan kacamata yang Damon berikan untuk aku. Aku naik Uber ke Monas, dan Bima akan menjemput aku dari situ. Oh, kalian nggak perlu dijelaskan soal topi dan kacamata ini, kan? Ini untuk menutupi identitas aku yang sudah ketahuan. Soalnya di posting-an Faila Lampir itu, salah satu top komen (yang banyak di-like dan dikomentari) adalah foto aku yang memperlihatkan wajah aku dengan jelas. Jangan tanya deh isi komenannya. Benar-benar menyakitkan.

Ada yang bilang aku cewek tomboy yang baru selesai operasi. Orang sinting!

"Mau keluar, Sayang?" tanya Tante India, yang lagi ada di ruang tamu sama Om Alfred. Menonton TV. Berita gosip, lebih tepatnya. Dan lagi-lagi wajah Damon di sana. Memangnya nggak ada gosip lain apa? Like Ki Joko Bodo yang ingin mengubah nama jadi Ki Joko Pintar atau semacamnya? Kenapa Damon-Damon terus?!

"Iya. Mau ketemu Mas Felix. Sumpek di kamar terus."

Om Alfred memberikan aku acungan jempol. "Bagus. Jangan ngurung diri lama-lama, Jerry. Nggak bagus. Hirup udara luar. Biar otak kamu bisa berpikir jernih."

"Iya, Om. Aku pergi dulu, ya."

"Hati-Hati!"

Uber aku sudah menunggu di depan. Setelah mengunci lagi pagar, aku segera melesat masuk ke mobil. Damon bilang dia beberapa kali bertemu paparazzi di dekat-dekat sini. Mereka pasti sembunyi di balik tong atau apa. Untungnya pas aku buka topi dan kacamata, Bapak Uber-nya nggak kenal sama aku. Takutnya dia nggak mau bawa penumpang homo. Aku takut kalau bapak ini sudah terkontaminasi sama kebencian yang mengakar di Indonesia. Satu menyebar, yang lain mencerna.

Aku kembali mengenakan topi sama kacamata aku lagi waktu kami sudah mendekati Monas. Aku berhenti tepat di depan halte busway. Setelah turun dari mobil, aku langsung menemukan mobil Bima. Warnanya merah gelap seperti darah mens. Aku berlari cepat menuju mobil itu. Mengetuk kacanya untuk memastikan kalau itu sungguh mobil Bima. Yep. Benar Bima. Maka aku pun masuk.

Di dalam mobil aku mendesah lega. "Kita mau ke mana?" tanya Bima, menambah satu klik di tombol AC agar mobilnya lebih terasa dingin. Soalnya aku lagi kipas-kipas.

"Kota Tua," jawab aku, menyandarkan tubuh sembari memejamkan mata. Mau keluar saja aku segugup ini? Apalagi kalau aku ke mall. Masa aku nggak akan ke mall seumur hidup, sih? NGGAK MAU! Mall kan tempat nongkrong wajib aku kala suntuk.

"Di sana kan rame," kernyit Bima. "Ntar lo makin—"

"Nggak kok. Kita bakal diem di dalem van Kakak gue." Dan aku menceritakan soal Mas Felix. Bima mengangguk, memasukkan gigi mobilnya dan kami meluncur ke sana. Selama di perjalanan kami hanya membicarakan soal lagu-lagunya. Lagu I Was Here yang dia tulis sudah selesai. Dan lagu itu tetap terinspirasi dari aku. Bima janji akan mnenyanyikannya secara live di depan aku kapan-kapan.

"Yang mana van-nya?" tanya Bima sesampainya kami di Kota Tua.

"Lurus aja dari sini. Terus kamu parkir di situ," beritahu aku. "Kata Kak Felix van-nya pas di samping Kafe Batavia."

Bima memarkirkan mobilnya nggak jauh dari Kafe Batavia. Aku melirik keadaan di luar. Agak ramai. Wajar. Ini kan sudah sore hari. Aku merapatkan topi yang aku pakai. Bima memberi aku masker. Aku menatapnya penuh terima kasih. Andai saja dia punya masker yang ada gambarnya, biar aku kelihatan unyu. Kalau masker hijau polos begini, dengan aku yang memakai topi dan kacamata hitam, aku mirip teroris.

Aku dan Bima berjalan sesantai mungkin menuju van Mas Felix yang ternyata terpampang jelas di antara banyaknya stand di sini. Soalnya antriannya masih saja panjang seperti dulu. Wajah gantengnya benar-benar memikat para pembeli.

"Lewat sini," ajak aku. Memutar ke kanan, menuju pintu samping van Mas Felix.

Tanpa mengetuk lagi, dan seperti kebiasaan Mas Felix (dia selalu lupa mengunci lagi pintunya setelah masuk, aku nyelonong ke dalam van-nya yang masih sama seperti dulu. Mas Felix menoleh, menatap aku dan Bima bingung. Aku langsung memnberi dia isyarat ngondek dan dia langsung tahu itu aku. Tanpa ba-bi-bu, aku duduk di lantai van, membuka masker dan segala yang menempel di wajah aku.

Mas Felix menatap aku iba. Bima berdiri canggung di depan aku. Aku menarik tangannya agar dia bergabung sama aku duduk di lantai.

"Mau Kakak buatin es tebu?" tawar Mas Felix baik hati seperti biasa.

"Yes, please. Dua, ya. Buat temen aku juga satu. Kamu mau yang taburan apa?" Aku menoleh ke Bima. "Melon, strawberry apa anggur?"

Bima mendongak ke Mas Felix dan memberikan senyuman terbaiknya. Lesung pipi itu menusuk dalam pipinya. Membuat wajahnya berubah manis. Mas Felix sedikit tersentak melihat senyumannya. Mungkin ngeri atau apa. Entah lah. "Melon aja, Bang." Aku mau terkikik mendengar Mas Felix dipanggil Abang. Tapi aku nggak melakukannya. Terkikik itu, maksud aku. Heuh!

"Hallo, semuanya!" teriak Mas Felix kencang. "Saya mau istirahat bentar." Banyak yang mendesah kecewa. "Tapi nanti kalian bisa balik ke sini lagi setelah satu jam. Nomor antriannya dipegang, ya. Supaya nggak rebutan belinya."

Lalu gumam-gumam di luar sana agak senyap ketika Mas Felix menurunkan kaca penutup van-nya. Membalik tulisan Open menjadi Close. Mas Felix sibuk membuatkan aku dan Bima minuman. Aku nggak tahu harus bicara apa sama Mas Felix. Bima juga nggak kenal sama Mas Felix. Oh, memperkenalkan mereka. "Ini Bima, Kak. Temen—"

"Kakak tau dia siapa," sahut Mas Felix, tersenyum seraya menuang es tebu ke dalam cup. "Gue suka lagu-lagu lo," ujar Mas Felix dengan nada akrab ke Bima. Entah kenapa, wajah Bima agak merona. Dia memalingkan wajahnya ke aku.

"Thanks," ujar Bima seadanya.

Satu menit kemudian minuman kami jadi. Aku langsung menyeruputnya. Mas Felix mencuri-curi pandang... ke Bima. Eh? Apakah mereka sudah saling kenal sebelum ini? Maksudnya, selain Mas Felix mengenal Bima dari lagu yang cowok itu nyanyikan.

Dari tatapan mereka kayaknya sih nggak. Aku mengernyit bingung. Oh, sudah lah! Nggak penting ini. "Kakak nggak perlu tutup, aku bisa nunggu Kakak sampe selesai kok." Es tebu aku sudah habis. Ya, ampun! Aku benar-benar kangen sama minuman ini. "Oh, iya. Bim, ini Kakak ketemu gede yang gue maksud tadi di mobil. Gimana menurut lo?" Bima melirik Mas Felix lambat-lambat. "Kece, kan? Gue emang pinter milih cowok yang mau gue jadiin Kakak." Aku terkikik. Dan cuma aku yang terkikik.

"Oh... euh, ya. Salam kenal, Bang." Bima mengulurkan tangannya. Mas Felix melap dulu tangannya di apron yang masih dia kenakan. Mereka berjabat tangan. Canggung dan sangat ganjil. Mereka berdua ini kesurupan, ya?

Lalu setelah aku perhatikan dalam-dalam, aku mengerti. Mas Felix ini seperti singa, penuh ambisi dan suka diperhatikan. Tangguh dan nggak mudah menyerah. Tapi di balik semua itu, singa tetap lah seekor kucing. Yang ingin dimanja. Sedangkan Bima ini musang. Jahil, menyenangkan, dan suka memperhatikan orang lain. Dan musang masih kerabat dekat tikus. Kucing dan tikus selalu saling mengejar.

Oh, oh... aku paham! Apakah mereka berdua sama-sama berpikir kalau satu sama lain sangat lah menarik? Mas Felix merasa ingin menerkam Bima, dan Bima gugup karenanya. Itu dia! Nah, cucoklogi yang aku bikin lebih masuk akal ketimbang bilang aku cewek tomboy yang operasi plastik jadi cowok.

Aku berdeham. Mereka segera melepaskan jabatan tangan. Cepat-cepat Mas Felix mengatakan sesuatu agar aku nggak mengatakan sesuatu yang aneh-aneh. "Adek nggak apa-apa? Kakak udah liat beritanya di TV. Pasti Adek lagi down sekarang. Mau Kakak buatin pancake? Mau nasi goreng pedas manis?" cerocosnya salah tingkah. Aku benar-benar ingin tertawa. Datang ke sini ternyata keputusan yang tepat.

"Pancake boleh juga." Aku nggak perlu membahas isi hati aku sekarang. Aku capek sedih-sedihan dan bermuram durja. Mending aku menonton Bima dan Mas Felix. Obat paling ampuh mengobati sakit hati (soalnya hati nggak kelihatan jadi nggak bisa dikasih betadine) adalah orang baru. Dan mereka berdua sudah saling menemukan. "Pakek ice cream ya topping-nya."

Mas Felix bangkit. Mengambil wajan dan menyalakan kompor. Bima bangkit malu-malu seperti tikus yang suka menggoda kucing tapi lari ketika dikejar. "Mau dibantuin, Bang?" Oh, ya ampun! Kenapa sih Bima sekaku itu?

Mata mereka bertemu. Ada pancar berpendar saat mata itu saling tatap. "Euh, aduk adonan ini." Mas Felix mengeluarkan adonan dari dalam kulkas. "Gue mau bikin adonan yang baru buat cadangan." Mereka bekerja dalam diam. Tapi berdiri sis-sisian. Closer! Mantra aku dalam hati. Closer! Mantra aku sekali lagi.

Tapi, seperti biasa, mantra aku selalu gagal. Aku memperhatikan dua cowok itu bekerja sama. Beberapa kali mereka bersentuhan, tapi sama-sama langsung menarik diri. Namun setelah itu mereka mulai kembali sedikit mendekat. Bersentuhan lagi, menjauh, dekat lagi, bersentuhan lagi, menjauh. Begitu aja terus sampai aku tahu siapa itu sebenarnya Kincirmainan.

"Kalian berdua cocok,"seru aku tanpa dosa. Kedua tangan cowok itu, yang lagi asyik mengaduk adonan, terhenti. Mereka berdua nggak berani menoleh ke aku. Tapi kaki Bima sedikit gemetar (pasti gugup) dan tengkuk Mas Felix memerah. "Yang satu manis, yang satu lagi ganteng. Pasti banyak gay yang iri sama kalian."

Dan mereka jenis gay yang sama. Menyukai seseorang secara langsung jika orang itu membuat mereka nyaman (mau mukanya jelek atau punya banyak kekurangan—karena jenis gay seperti ini nggak memandang fisik). Mas Felix nggak pernah sama cowok selama ini. Dia belum tahu dia gay sampai bertemu aku. Bima punya satu mantan brengsek yang dari ceritanya ingin sekali aku injak-injak. Cowok Bima selingkuh. Aku benci perselingkuhan. Aku menentang keras hal itu dalam hubungan.

"Ini, Dek," beri Mas Felix. Aku memandang pancake itu. Begitu terlihat ceria dan lezat. Pasti seperti ini lah isi hati Mas Felix sekarang. Aku terkekeh dalam hati. Sambil menyantap pancake aku, aku memperhatikan mereka yang sedang memasak nasi goreng. Padahal itu alasan mereka saja supaya bisa berdiri sisi-sisian begitu. "Oh, iya." Mas Felix berbalik menghadap aku. "Kalo ada apa-apa, cerita sama Kakak. Om kamu ada nelpon Kakak tadi pagi. Bilang ke Kakak dia kuatir sama keadaan kamu."

Dasar Om Alfred. Aku mengibas tangan ke Mas Felix. "Aku nggak apa-apa, Kak. Yang harus diperhatiin itu harusnya Dam—Tomas."

"Lo kenapa sih suka kayak gitu?" tanya Bima, mengupas bawang putih.

"Kayak gimana maksudnya?"

"Itu. Dam... Tomas. Emang nama aslinya siapa?"

Aku menandaskan isi piring aku. Pancake buatan Mas Felix memang yang terbaik sejagat raya. "Gue manggil Tomas itu Damon. Itu nama kecilnya dulu. Soalnya kalo dia gue panggil Tom, dan gue Jerry... rasanya kami dua orang yang nggak pernah akur." Tapi aku sama mereka sama. Kami juga kuicng dan tikus. Saling mengejar. Bedanya kami kucing dan tikus yang suka saling berantem. Mereka akur malu-malu.

Mas Felix nggak membuka van-nya lagi. Kami berbincang sampai jam delapan. Waktu BBM dari Damon masuk dan dia bilang kalau dia sudah di rumah, aku pun memutuskan untuk pulang. Padahal baru sejam yang lalu Bima dan Mas Felix bisa berbincang tanpa memasang gelagat gugup.

"Ntar kalo lo ada waktu luang," ujar Mas Felix ketika kami di luar van¬-nya. Dia ngomong sama Bima. Mata Mas Felix tertuju ke cowok itu. "Main-main aja ke apartemen gue. Gue masakin lo makanan apa aja."

"Serius?" seru Bima girang. Mas Felix mengangguk. "Ntar gue BBM kapan gue ada jadwal kosong. Makasih buat nasi gorengnya tadi, Bang."

Kami berpamitan. Menuju ke parkiran, aku menyenggol-nyenggol pundak Bima. "Cieee. Kayaknya ada pasangan baru."

Bima mendelik aku. Dan aku hanya bisa tertawa.

Sepertinya tujuan aku ke sini benar. Ada dua hati yang aku perbaiki.

Saling memperbaiki, lebih tepatnya.

***

AN:

Hallo. Nggak tau nih kenapa saya suka malas update ini. Cerita yang udah tamat emang kadang bikin saya males update buru-buru. Muahahahha!

Nah, di sini saya mau jualan aja daripada AN nya pendek. Yang mau beli ebook Weather Series sama Ngaco, bisa hubungi saya di LINE ya. Ini ID-nya: rendifebrian

Daripada ebooknya mengendap, mending saya jual. Tapi bagi yang nggak begitu tau ceritanya, bisa minta dulu ebook pertamanya. Saya kasih gratis. Nggak ada paksaan kok buat beli ebook selanjutnya kalo emang nggak minat.

Saya mau cari uang dulu. Mau jadi cici-cici cina. 

Itu aja.

Bencong you. XOXOXXOO.

Mau tanya-tanya ebook yang lain juga bisa (langsung ke LINE aja nggak usah dikomen). Oke, winky ;)

Continue Reading

You'll Also Like

31.7M 1.3M 45
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
21.3K 2.5K 50
BABY MONSTER STORY!!!
5M 117K 31
(WARNING 18+ FOLLOW DULU BARU BACA) "Metta mau nenen" "Iya, Samudra" "Metta mau peluk" "Sini" "Metta mau buat anak" "Ayo" Ini cerita tentang Samudra...
62.1K 7.9K 37
"Boro-boro ngurus anak, kita ngurus diri sendiri aja kagak becus!" Hakim, Jaka, dan Nakula dengan sangat terpaksa menyemat sebuah panggilan baru. Ya...