Legenda mengatakan jika 2 Enigma terlahir disetiap masanya maka salah satu diantara mereka harus mati, entah itu membawa nasib baik maupun buruk, tidak ada yang tau.
Orang-orang mengatakan jika yang terkuat lah yang akan menang lantas, bagaimana jik...
Jevier tertegun melihatnya, pertama kali melihat Haiser dengan raut wajah yang bersalah juga seperti menahan tangis? Karena selama ini Ia melihat raut wajah datar, kesal, dan lainnya yang jauh dari ekspresi menangis.
"Sudahlah, kau dan aku itu sama saja" Jevier menjauhkan dirinya dari Haiser, Ia mengaku berlaku kasar pada Haiser dan memiliki kesan buruk di mata Alpha yang kini merosot dan terduduk di lantai.
"Setidaknya seorang gadis seperti Chelsea dengan otak yang masih muda akan terus mengingat semua perkataanmu" ujar Jevier terdengar mengejek Haiser.
Haiser hanya diam, ingin menghampiri Chelsea pun ditaruh dimana wajahnya? Sekasar-kasarnya seorang Haiser, Ia berprinsip untuk tidak melukai hati perempuan. Tapi apa sekarang? Bahkan seorang gadis kecil.
Jevier mengusap wajahnya kemudian menghela nafas, bimbang akan sesuatu.
"Berdiri, kau harus bertanggungjawab jika kau masih memiliki hati"Haiser mendongak perlahan menatap nanar wajah datar Jevier.
"Merepotkan" Jevier memegang lengan Haiser kemudian menariknya paksa untuk berdiri dan menyeretnya keluar untuk menemui Chelsea.
"Tunggu..." Jevier berdecak sebal.
"Dia mungkin akan memotong rambutnya, dan jika itu benar kau... " Jevier menggantung ucapannya, bukan saatnya memperburuk keadaan, itu fikirnya.
Haiser menarik lengannya, kemudian berani mendongak.
"Tunjukkan jalannya" pintanya, Jevier langsung melangkah menuju tempat dimana Chelsea tinggal.
Saat tiba di sebuah rumah sederhana yang dipastikan itu rumah Chelsea, Haiser menarik jaket yang dipakai Jevier.
"Apalagi? Mundur?" Haiser menggeleng.
"Terimakasih" Jevier terdiam, hatinya langsung berdetak cepat, tapi Ia menyukai ini. Ekspresi Haiser, tingkah lakunya, juga perkataannya.
"Jika kau ingin menjadi lelaki brengsek, maka pergilah" Jevier berjalan kembali disusul Haiser yang mulai menyusun kata untuk meminta maaf pada Chelsea.
'tok
'tok
Pintu itu langsung terbuka menampilkan seorang gadis kecil yang sedang memegang sebuah gunting dibelakang punggung, Haiser yang melihat Chelsea malah menyembunyikan diri di belakang Jevier.
"Kak Jevier, kenapa Kakak kesini?" Tanya Chelsea berusaha tersenyum meski wajahnya terlihat sembab.
Jevier menampilkan senyuman tipisnya kemudian mengusap lembut rambut Chelsea.
"Ibumu akan sedih jika kamu memotongnya sembarangan" Chelsea menunduk.
"Kakak itu mengadu pada Kak Jevier ya?" Haiser merasa detak jantungnya semakin cepat, fikirannya mulai kacau.
"Dia itu seorang Alpha, kamu taukan bagaimana seorang alpha?" Chelsea mengangguk.
"Karena itu aku tidak menyukai seorang Alpha, tapi tidak untuk Kakak dan paman" Haiser tanpa sadar meremat jaket Jevier.
"Tapi kamu bisa membedakan dia, perkataannya menyakitimu tapi dia tidak bermaksud karena Alpha itu isi fikirannya hanya bertarung" untuk pertama kalinya Haiser mendengar nada tenang dan lembut dari Jevier.
Jevier menghembuskan nafasnya kemudian mendorong Haiser hingga berhadapan dengan Chelsea.
"Jangan terus bersembunyi, kau yang bersalah" kini Jevier membiarkan keduanya di satu ruangan, tidak peduli bagaimana akhirnya Jevier memilih kembali ke rumah tempat sementara untuk tinggal.
Chelsea menunduk tidak ingin menatap Haiser sementara itu sang Alpha juga sama, mereka saling diam beberapa menit.
"Chelsea tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud berkata seperti itu" ucap Haiser tapi Chelsea tidak membalas ucapannya.
"Kamu bisa membenciku tapi jangan membuat ibumu merasa sedih" Haiser berani mendekat, Ia duduk disebelah Chelsea.
"Ibu Chelsea, maafkan aku yang telah lancang melukai putrimu, perkataanku berhasil membuatnya terluka" Chelsea menatap Haiser yang tersenyum tipis ke arahnya.
"Hukumlah aku moon goddess karena telah melukai hati seorang gadis kecil yang cantik seperti Chelsea" ucapnya lagi
"Tidak" Chelsea membuang gunting ditangannya, tangan kecilnya meraih tangan Haiser yang besar.
"Disini pasti sakit kan? Itu karena aku, maafkan aku" Chelsea menahan tangisnya kala telapak tangan Haiser menyentuh dada kirinya.
"Kak..." Haiser tersenyum tulus, Chelsea kembali menangis kali ini diam saat Haiser memeluknya.
"Setelah puas menangis, lakukan apa yang kamu mau padaku" Haiser ikut meneteskan air matanya, satu tangannya mengusap hati-hati rambut panjang nan indah milik Chelsea yang hampir saja akan menjadi pendek, gadis kecil ini berani untuk memotong rambut berarti kesalahan Haiser berpengaruh besar padanya.
Setelah puas menangis, Chelsea melepaskan pelukannya dengan raut wajah sembab menatap Haiser.
"Kamu bebas untuk melukaiku, lakukanlah sampai hatimu puas" ujar Haiser dengan senyuman yang tidak luntur di wajahnya.
"Aku tidak bisa" Chelsea berdiri kemudian memegangi kedua pipi Haiser, ia tersenyum.
"Karena aku tidak mau Kak Jevier menangis melihat kakak yang terluka olehku, kakak bilang Kak Jevier itu milik kakak kan?" Entah Haiser harus berkata apa pada gadis kecil dihadapannya ini, pemikirannya sudah dewasa tapi tidak dengan dirinya.
"Tapi aku tidak akan menyerah, Kakak adalah sainganku dan jika kakak lengah Kak Jevier menjadi milikku!" Ucapnya dengan angkuh melupakan semua kejadian tadi.
Jevier menahan tawanya, raut wajahnya terlihat mengejek pada Haiser yang mendengus sebal.
"Hihi" tawa Chelsea terdengar bagaikan iblis ditelinga Haiser.
"Lihat, Kak Haiser sangat cocok memakai ikat rambut" Haiser menutup wajahnya kala Chelsea mengeluarkan ponsel berusaja memotretnya.
"Sisi lain dirimu Alpha lemah?" Hati Haiser semakin dongkol, menyesal menuruti permintaan Chelsea. Awalnya gadis kecil itu memintanya untuk mengikat rambut tapi setelah itu Chelsea merencanakan hal lain dan malah dirinya yang sama diikat rambut oleh Chelsea meski sekarang rambutnya tidak terlalu panjang tapi itu menjatuhkan harga dirinya.
Jevier tanpa Ia sadari mulai menikmati suasana ini, Ia tidak menjauh atau mengatai Haiser dengan perkataan yang menyakitkan, bisa dibilang Ia mulai menerima? Entahlah hanya Jevier yang tau akan hatinya sendiri.
Selama bertahun-tahun selalu sendirian dan harus dilatih keras dari kejauhan membuatnya lupa rasanya terhibur oleh orang lain selain keluarganya.
Setidaknya Ia akan menikmati ini meski dengan menyembunyikan perasaan sebenarnya, entah sampai kapan.
To Be Continued
Udah kayak keluarga kecil aja😌 Manis-manis aja dulu yaa siap-siap
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.