Selamat Membaca
"Jangan melirik!"
"Iya astaga... " Jevrand terkekeh gemas berusaha fokus menatap ke depan tanpa iseng melirik kaca yang memperlihatkan bagian belakang mobil dimana Haiser sedang mengganti bajunya.
Haiser tidak ada pilihan, Jevrand memaksa dan tidak mendengarkan permintaannya untuk berhenti hingga berakhir membuatnya harus pindah ke bagian belakang mobil untuk mengganti pakaian.
"Matamu!" Jevrand kembali tertawa melihat wajah seperti kepiting rebus itu tengah kesusahan memakai celana.
"Oke, oke" Haiser mendengus kasar, sembari merapihkan pakaian miliknya yang dimaksukkan ke dalam paperbag, satu tangannya mengibas pelan wajahnya yang terasa panas akibat marah sekaligus menahan malu.
"Padahal suatu saat nanti aku akan melihat semua lekuk tubuhmu" ucap Jevrand dengan senyuman menggodanya.
'Plak
"Tidak akan pernah! " Tolak Haiser sembari berpindah kembali ke depan setelah berhasil melayangkan tamparan kecil di pipi Jevrand, itu pembalasannya.
Jevrand melirik dari ekor matanya kemudian mengulum bibirnya menahan senyuman.
"Ekhmm... Aku baru mengetahui jika kau penyuka warna biru... " Ucapan aneh Jevrand membuat kedua alis Haiser berkerut merasa bingung.
"Terlebih lagi warna biru terang" tentu Haiser kaget setelah mendengarnya, bagaimana Jevrand tau? Apa dia mencari tau tentang dirinya lebih dalam? Atau membaca isi fikirannya?
Jevrand mengulum bibirnya lebih dalam menahan tawa yang akan meledak kapan saja melihat raut wajah kebingungan yang belum sadar akan sesuatu.
"Aku tidak mengira jika dalamanmu... Pftt-" setelah Jevrand mengatakan ucapan yang tidak sepenuhnya diucapkan, kepala Haiser sontak menunduk melihat ke celananya dimana resleting celana yang ia pakai terbuka lebar menampilkan dalaman miliknya yang berwarna biru terang.
Kini wajah Haiser kembali memerah bahkan mulutnya tidak bisa berkata-kata, dengan tergesa-gesa ia segera menarik ke atas resleting celananya kemudian menutup wajah menggunakan kedua tangannya, malu bercampur marah bersatu kembali.
"Aku tidak melihat semu-"
"Diam!" Jevrand tertawa puas melihat bagaimana sang mate yang tengah menahan malu itu, sangat lucu dan menghibur selama perjalanan.
***
Sesampainya ditujuan, Jevrand meregangkan tubuhnya sembari menguap kecil karena hari sudah menjelang malam.
Setelah Haiser keluar masih dengan memegang kedua pipinya yang merona Jevrand tak bisa melunturkan senyumannya.
"Lucu sekali" Ia mendekat sembari mengusak rambut Haiser yang langsung menepisnya kasar.
"Aku hanya memberitahu, jika tidak mungkin akan terasa lebih malu diberitahu oleh orang lain" ujar Jevrand santai sembari mengenggam tangan Haiser untuk berjalan mengikutinya.
Jevrand membawa Haiser ke sebuah taman yang terletak di atas gunung dekat dengan perkotaan di dunia manusia, taman yang memiliki lampu hias cantik, pajangan dengan berbagai bentuk yang romantis seperti tempat umum untuk orang yang akan melamar atau berpacaran dengan pemandangan lampu-lampu di kota yang terlihat indah.
Di sebuah kursi panjang dengan ukiran love besar di belakangnya, kedua manusia sesama jenis itu duduk berdampingan menikmati semilir angin malam dengan satu tangan masing-masing yang saling menggenggam.
"Kau... Tidak akan berbuat sesuatu yang buruk bukan?" Pertanyaan tiba-tiba itu dijawab dengan senyuman oleh Jevrand.
"Aku tidak akan pernah menjadi seburuk kembaranku, meski separuh hidupnya berada di dalam tubuhku itu tidak akan berpengaruh apa-apa" tutur Jevrand santai, Haiser kembali mengalihkan pandangan ke depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AN ENIGMA [End]
RandomLegenda mengatakan jika 2 Enigma terlahir disetiap masanya maka salah satu diantara mereka harus mati, entah itu membawa nasib baik maupun buruk, tidak ada yang tau. Orang-orang mengatakan jika yang terkuat lah yang akan menang lantas, bagaimana jik...