Selamat Membaca
Dengan pakaian formal hitam yang dipakainya, Haiser menuju ke pack dimana Samuel tinggal untuk mengikuti pemakaman Jeandra, meski pria itu telah berlaku jahat bagaikan psychopath Haiser tetap menghadiri acara itu.
Keluar dari mansion, sebuah mobil melaju pelan dan berhenti di depan Haiser.
"Hatimu selembut kapas, tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian" ucap Jevrand tiba-tiba sembari menurunkan kaca jendela mobilnya menampilkan sebagian pakaian yang ia pakai.
Haiser berdecih malas, kenapa Jevrand selalu melontarkan kata-kata seperti itu padanya? Dia kira jantung Haiser akan berdetak normal?
Setelah Haiser masuk ke dalam mobil, Jevrand kembali menjalannya menuju ke pack dimana Samuel tinggal, jika bukan karena keinginan Haiser yang ingin menghadiri acara pemakaman ini, Jevrand tidak akan peduli pada pria yang akan segera menyatu dengan tanah itu.
Tibanya di lokasi, lebih tepatnya di rumah Samuel yang terlihat sepi tanpa ada karangan bunga atau tanda-tanda bahwa ada yang meninggal, hanya sepi.
"Yah sudah wajar seperti ini" mendengar itu Haiser mendelik dengan memukul lengan Jevrand.
"Jaga ucapanmu" Jevrand tersenyum lebar, mereka berdua masuk beriringan hingga tiba di depan pintu yang terbuka lebar seperti sengaja untuk menyambut kedatangan orang yang akan melayat.
Di dalam sana, tepatnya di ruang tamu. Samuel dan kedua orang tuanya duduk di sisi peti mati yang sudah pasti berisi mayat Jeandra.
Merasa kehadiran seseorang, ketiganya menoleh. Samuel menghampir temannya itu dan memeluknya dengan erat, Haiser hanya bisa membalas tanpa mengucapkan kata penenang atau apapun membiarkan Samuel menangis di bahunya.
Jevrand hanya memperhatikan dari samping, Ia tidak terlalu masalah pada Samuel karena sudah menebak apa status Samuel meski saat ini masih seorang Alpha.
Setelah Samuel tenang kini ketiganya berhadapan dengan peti mati Jeandra yang akan segera dikuburkan dalam beberapa jam lagi.
Haiser menyenggol pinggul Jevrand meminta untuk memanjatkan do'a untuk Jeandra, dengan malas Jevrand menyatukan kedua tangannya dan memejamkan mata.
"Berterima kasih lah karena keinginan mateku, aku mendoakanmu selalu berteriak di dalam neraka, semoga kau menikmati penyiksaan di sana sialan"
"Aku tau meski kau berbuat jahat padaku tapi ... Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu Jeandra, meski kau seorang yang memanipulasi tapi sorot mata kesepianmu itu hilang semenjak kau bertemu matemu Samuel"
Setelah itu Samuel mengajak keduanya ke luar, menuju ke halaman belakang rumah sederhana Samuel.
"Oh lihat, apa aku boleh minta mangga milikmu?" Tanya Jevrand dengan binar yang kentara menatap sebuah pohon mangga.
"Tentu" Samuel tersenyum kecil ketika menatap Jevrand yang langsung bertindak memanjat pohon mangga itu dan memilah buah mangga yang matang.
Samuel membiarkan Jevrand sendirian disana dan memilih untuk mengajak Haiser ke sebuah ayunan panjang, tempat biasa keluarganya bersantai.
"Aku akan selalu ada untukmu" ucap Haiser tiba-tiba setelah mendudukkan pantatnya.
Haiser menoleh kembali melanjutkan ucapannya "rasa kehilangan itu, kau pasti merasakannya bukan?"
Samuel menggigit bibir bawahnya sembari meremat kuat kemeja hitam yang ia pakai.
"Sudah kuduga akan sesakit ini ... Mau bagaimana lagi? Ini memang takdir yang seharusnya" tutur Samuel pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AN ENIGMA [End]
RandomLegenda mengatakan jika 2 Enigma terlahir disetiap masanya maka salah satu diantara mereka harus mati, entah itu membawa nasib baik maupun buruk, tidak ada yang tau. Orang-orang mengatakan jika yang terkuat lah yang akan menang lantas, bagaimana jik...