Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya Doyoung keluar dari tenda yang menampung sang pangeran Joseon yang tengah terbaring lemah itu. Diluar bomin langsung menghadap pada tabib istana itu.
"Bagaimana keadaan pangeran jaemin tabib?"
"Pangeran jaemin masih belum sadar, dan saya tidak bisa memastikan kapan dia akan sadar, tapi kau dan kalian semua tenang saja karena ada perawat Huang, ah maksudku pangeran Nakamoto yang akan menjaga dan merawat pangeran jaemin."
"Tapi pangeran jaemin akan segera sadar kan tabib?" Ucap salah satu prajurit.
"Kalian semua berdoa saja. Tapi, mengenai wilayah ini bagaimana?" Ucap Doyoung
"Wilayah ini sudah berhasil kami pertahankan tabib, hanya saja banyak rumah warga yang rusak dan akan kami bantu untuk perbaiki termasuk pusat perawatan."
"Baiklah, kalau begitu saya kembali. Karena jika saya disini lebih lama saya tak bisa tenang mengenai kesehatan yang mulia ratu."
"Apa saya perlu mengantar tabib kembali?" Ucap bomin.
"Tak perlu, tetaplah disini. Kau yang harus memastikan dengan nyawamu sendiri keamanan pangeran."
"Baik tabib, hati-hati di jalan." Ucap bomin dan Doyoung hanya mengangguk lalu masuk kedalam kereta kuda istana dan pergi dari sana.
"Beberapa dari kalian tetap berjaga disini, dan beberapa yang lainnya pergilah membantu warga."
"Baik." Ucap beberapa prajurit.
Didalam tenda, renjun duduk di sebelah jaemin yang ntah sampai kapan akan menutup matanya, renjun hanya menatapnya dengan tatapan sendu.
"Aku benar-benar sangat kecewa padamu pangeran, tapi ntah kenapa saat ini aku bahkan tak bisa mencaci maki mu seperti aku melakukannya pada putera mahkota Lai yang brengsek itu." Monolog renjun lalu diapun melihat tangan jaemin dan diapun memberanikan diri untuk mengambil tangan itu lalu menggenggamnya diantara kedua tangannya yang terlihat mungil karena tangan jaemin yang cukup besar.
"Kenapa tidak adil sekali pangeran? Bahkan untuk ukuran tangan saja kau seperti mengejekku." Gumam renjun pelan lalu kembali melihat wajah pucat jaemin.
"Cepatlah sadar pangeran jaemin. Aku harus menyatakan hal ini padamu, walaupun kemungkinan kau akan menolak ku, setidaknya aku tidak akan menyesal."
At. Istana dinasti Ming.
Sudah genap sebulan Samuel memantau dan mengumpulkan bukti keburukan dari raja dan putera mahkota dinasti itu, dia bahkan benar-benar merasa marah, jijik dan ingin sekali membunuh keduanya saat ini, tapi dia menahan dengan sebaik mungkin. Saat ini Samuel tengah melihat para prajurit yang tengah berlatih memanah. Disaat yang bersamaan Guan Lin muncul dan berdiri disebelah Samuel membuat sang empu menyadari keberadaannya dan melihatnya lalu membungkuk sekilas.
"Apa pangeran menyukai panahan?"
"Saya sangat ahli menggunakan ituyang mulia."
"Lalu bagaimana dengan pedang?"
"Saya biasa menggunakan samurai. Pedang bukanlah apa-apa bagi saya" Ucap Samuel dan dia dapat melihat senyuman kecil dari Guan Lin, dan itu sudah terbaca oleh Samuel dimana dia sangat tahu maksud putera mahkota ini kekeh ingin menikahi adiknya, selain untuk menjadikan adiknya sebagai budak sex nya, karena kekuatan prajurit dari negeri sakura.
"Sayangnya mimpi mu untuk menjadi bagian keluarga Nakamoto hanya angan-angan saja brengsek." Batinnya.
"Pangeran? Kira-kira dimana calon istriku berlibur? Kenapa dia harus melakukannya hingga menunda pernikahan seperti ini? Padahal aku tidak akan mempermasalahkan jika dia ingin liburan yang lama setelah pernikahan kami." Ucap Guan Lin.
"Dia hanya ingin menikmati waktu sendirinya sebelum berpindah status sebagai Puteri mahkota di istana ini." Ucap Samuel dengan menahan rasa jijik.
"Aku harap begitu pangeran. Karena aku akan menjaganya dengan baik " Ucap Guan Lin melihat Samuel dan tersenyum.
"Tentu saja saya percaya kau akan menjaga dengan baik adikku." Ucap Samuel tersenyum.
😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
"Prince J" (jaemren)
FanfictionNakamoto Renjun adalah putera kedua kaisar Nakamoto Yuta dan Huang (Dong) Winwin yang melarikan diri karena tidak mau menikah dengan keluarga dari dinasti Ming, renjun melarikan diri dan menjadi perawat untuk ratu dari Joseon, dia berhasil terpilih...