Hari sudah gelap dan angin malam sudah berhembus diikuti salju yang kembali turun walaupun tidak deras. Rombongan jaemin masih di tempat yang sama, bedanya saat ini renjun berada didalam kereta kuda setelah mengobati luka jaemin juga kakinya sendiri hingga jaemin menyuruhnya beristirahat dengan bayi itu, karena didalam kereta kuda jaemin dan renjun sudah bertambah tempat tidur kecil yang nyaman untuk bayi itu, yang diletakkan tepat didepan tempat duduk renjun. Semua keperluan bayi itu juga berada didalam kereta kuda jaemin dan renjun yang memang lebih besar itu. Bahkan hwall juga meletakkan beberapa teko air panas juga air biasa untuk membuat susu bayi itu di dalam kereta kuda jaemin dan renjun.
Renjun tersenyum melihat bayi merah itu telah tidur dengan nyenyak Dengan bedung, selimut juga tempat tidur yang hangat tidak seperti saat dia temukan tadi.
"Aku senang melihatmu tidur nyenyak. Kau tenang saja, kau aman dengan kami." Ucap renjun tersenyum.
Di luar kereta kuda.
Jaemin melihat bomin juga semua pengawal yang mengelilingi 4 kereta kuda itu.
"Apa kira-kira kita bisa mulai perjalanan lagi?"
"Sepertinya bisa pangeran, mengingat salju tidak terlalu deras." Ucap bomin.
"Baiklah, kalau begitu kita akan mulai perjalanan kembali. Dan kau (menunjuk hwall) apa kebutuhan bayi sudah lengkap?"
"Sudah pangeran." Ucap hwall menunduk.
"Baiklah, kita mulai perjalanan, kau masuklah ke kereta kuda tempat kau berada." Ucap jaemin melihat hwall terakhir. Hwall lantas langsung masuk dan yang lainnya langsung menunggangi kuda mereka begitu pula dengan jaemin yang masuk kedalam kereta kuda itu.
"Kau kenapa tidak tidur?" Ucap jaemin saat masuk karena Renjun masih terjaga bahkan menatap bayi merah yang tertidur itu.
"Aku belum mengantuk pangeran."
"Aku tidak ingin kau sakit kembali." Ucap jaemin dan renjun hanya tersenyum.
"Aku sudah sangat sehat pangeran. Tapi, pangeran coba kau lihat dia bayi laki-laki kenapa sangat cantik ya?"
"Aku tidak tahu." Datar jaemin.
"Kira-kira nama apa yang bagus ya untuknya? Tidak mungkin kita hanya memanggilnya bayi ini dan itu."
"Terserah padamu. Karena bayi ini hak mu." Ucap jaemin datar.
"Aku tidak punya ide untuk namanya. Coba kau pikirkan pangeran." Ucap renjun sedikit merengek membuat jaemin terpesona padanya.
"Eunseok." Ucap jaemin begitu saja.
"Nama yang bagus, baiklah Eunseok. Sekarang namamu Eunseok. Selamat datang Eunseok." Ucap renjun tersenyum pada bayi yang tertidur itu sedangkan jaemin hanya melihatnya, ntah kenapa hatinya merasa sangat hangat melihat renjun dan bayi itu, seakan-akan semua yang dia cari selama ini sudah dia temukan. Keluarga yang mungkin sangat dia inginkan jauh didalam lubuk hatinya. Tapi apakah mungkin?
At. Istana.
Jung woo hanya terdiam di sofa kamarnya dengan Mark untuk saat ini dan juga selamanya. dia benar-benar sangat gugup, karena dia jelas tahu apa yang akan terjadi setelah dia resmi menjadi istri dari putera mahkota negeri ini. Dia harus melayaninya dengan baik, dan Jung woo jujur belum siap untuk itu.
Mark keluar dari toilet dan diapun melihat Jung woo yang tegang lalu diapun tersenyum kecil dan mendekat pada sang istri dengan baju tidurnya.
"Bersih-bersih lah, kau tidak perlu tegang begitu, aku juga tidak akan melakukan apapun, kita hanya perlu saling mengenal saat ini." Ucap Mark membuat Jung woo menatapnya seketika.
"Saling mengenal?"
"Hmm, saling mengenal. Anggap saja kita berkencan bukan menikah. Apa istriku mengerti?" Ucap Mark sembari mengusak kepala Jung woo. Dan Jung woo hanya mengangguk dengan wajah merona nya lalu diapun segera masuk kedalam toilet karena sangat malu.
"Dia sangat lucu sekali." Monolog Mark.
Di kamar siyu.
Sion melihat sang istri yang menatap keluar jendela kamar mereka, menyaksikan salju yang turun walaupun tidak lebat, diapun memeluk istrinya dari belakang.
"Apa yang kau lihat istriku?"
"Aku hanya melihat salju yang berjatuhan seolah tidak ada beban sama sekali, pasti sangat menyenangkan Hyung."
"Walaupun terlihat menyenangkan tapi salju-salju itu pasti merasa kesepian karena jatuh dan berakhir begitu saja."
"Menurut Hyung begitu?*
"Hmm." Angguk sion.
"Tapi menurutku berbeda Hyung, walaupun pada akhirnya mereka akan jatuh dan berakhir begitu saja, tapi aku yakin mereka bahagia karena mereka membuat beberapa orang menyaksikan keindahan mereka." Ucap Yushi.
"Kau ada benarnya juga. Seperti aku yang menyaksikan betapa indahnya istriku." Ucap sion membuat Yushi hanya bisa tersenyum malu karena gombalan suaminya itu.
Dan tanpa keduanya sadari, seseorang melihat dari bawah atau lebih tepatbya di sebuah gazebo yang menghadap balkon kamar keduanya sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Sial. Aku sepertinya harus cepat merasakan tubuhnya sebelum sion. Aku tidak akan rela jika dia terlebih dahulu. Walaupun dia adalah suaminya." Monolognya.
😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
"Prince J" (jaemren)
FanfictionNakamoto Renjun adalah putera kedua kaisar Nakamoto Yuta dan Huang (Dong) Winwin yang melarikan diri karena tidak mau menikah dengan keluarga dari dinasti Ming, renjun melarikan diri dan menjadi perawat untuk ratu dari Joseon, dia berhasil terpilih...