Rombongan pangeran jaemin yang telah berjalan tidak bisa mempercepat jalan kuda mereka dikarenakan penurunan yang lumayan curam dan akan sangat berbahaya. Jadi, mereka berjalan dengan sangat pelan bahkan lebih pelan dari pada seseorang yang berjalan kaki, mengingat mereka membawa nyawa pangeran saat ini.
Renjun melihat kearah luar jendela dan diapun dapat melihat salju yang turun walau tak deras seakan-akan memberikan tanda bahwa ada cinta yang bersemi ditempat lain.
Jaemin yang memperhatikan renjun yang sejak tadi asyik melihat keluar, ikut melihat ke jendela yang berada tepat disebelahnya dan diapun kembali melihat renjun.
"Sepertinya kau sangat suka salju."
"Kau benar pangeran, aku sangat suka musim salju. Aku suka dingin walaupun akan sangat menyiksa bagi beberapa orang. Pangeran sendiri? Apa pangeran suka salju?"
"Tidak, saya tidak suka musim dingin." Ucap jaemin datar.
"Aaa, tapi pangeran tahu, salju yang saat ini turun adalah sebagai pemberi tanda kalau ada seseorang yang cintanya mulai merekah " Ucap renjun.
"Itu mungkin saja mitos."
"Walaupun mitos, tapi aku ingin sekali saja merasakannya. Aku ingin mempercayai mitos itu. Sepertinya pasti akan sangat romantis sekali." Ucap renjun tersenyum dan jaemin hanya terdiam menikmati senyum manis dari pangeran negeri sakura itu.
At. Istana Jung.
Taeyong terlihat tengah berdiri di balkon kamarnya bersama dengan Xiumin. Ntah kenapa saat ini dia merasa memiliki banyak pikiran. Apalagi mengingat semua perkataan raja Lai, yang mengatakan kalau anak kedua keluarga kaisar adalah calon menantunya. Dia benar-benar sangat kecewa sekali saat ini. Dia tak menyangkah kaisar Nakamoto dan istrinya akan lupa dengan janjinya.
"Yang mulia. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Ucap Xiumin selaku pelayan taeyong.
"Xiumin, bagaimana pendapatmu jika aku ingin pangeran jaemin menikahi perawat Huang?" Xiumin yang mendengarnya kaget bukan main. Taeyong yang tak mendengar jawaban apapun dari Xiumin lantas diapun langsung menatapnya.
"Apa menurutmu sangat tak mungkin jika rakyat biasa menjadi bagian keluarga istana?"
"Bukan begitu yang mulia. Hanya saja kenapa tiba-tiba sekali?" Bingung Xiumin.
"Ini bukan tiba-tiba, hanya saja saya tidak mau menunda dan menyesal dikemudian hari jika terlambat. Karena saya sudah terlambat sebelumnya " Ucap taeyong.
"Apa yang mulia raja tahu ini yang mulia?"
"Saya belum bicara dengan suami saya, karena saya merasa saya membutuhkan masukkan dari beberapa orang mengenai keinginan saya ini."
"Yang mulia, tabib Kim akan masuk!"
Ceklek.
Taeyong masuk kedalam kamarnya dan diapun melihat tabib Kim sekaligus besannya yang membawakan tea herbal racikan dari renjun. Tabib kim lantas membungkuk seketika.
"Yang mulia. Ini tea nya, maaf karena saya terlambat."
"Tak masalah tabib Kim, kau juga bukan Tuhan jadi wajar jika melakukan kesalahan sedikit." Ucap taeyong dan diapun duduk disofa dengan tabib Kim yang meletakkan tea di atas meja lalu berdiri dihadapannya sedangkan Xiumin disebelahnya.
"Tabib kim, duduklah." Ucap taeyong.
"Ada apa yang mulia? Apa ada yang kau rasakan?" Ucap tabib Kim.
"Duduklah, Kim Doyoung. Kau adalah besanku saat ini." Ucap taeyong dan tabib Kim yang bernama Kim Doyoung itupun langsung duduk seketika.
"Apa ada hal yang penting yang mulia? Atau apa anak saya melakukan kesalahan sebagai Puteri mahkota?" Cemas Doyoung.
"Tidak, saya hanya ingin bertanya mengenai pendapat mu."
"Ini mengenai apa yang mulia?"
"Aku berencana ingin menikahkan pangeran jaemin sesegera mungkin, bahkan setelah pernikahan pangeran jeno." Ucap taeyong.
"Yang mulia sudah ada calon untuk pangeran jaemin? Dari keluarga bangsawan mana yang mulia?"
"Dia bukan dari keluarga bangsawan."
"Lalu?"
"Saya berencana ingin menikahkan pangeran jaemin dan perawat Huang, bagaimana menurutmu Doyoung?" Sang empu membulatkan matanya saking kagetnya dia dengan pernyataan ratunya itu.
"Apa kau juga merasa ini terlalu berlebihan?"
"Bukan begitu yang mulia. Tapi apa yang mulia raja tahu mengenai keinginanmu ini yang mulia?"
"Belum tahu, karena saya butuh masukkan terlebih dahulu, tapi aku tidak ingin terlambat, karena sebelumnya aku sudah terlambat." Ucap taeyong dan Doyoung benar-benar tak tahu harus mengatakan apa lagi sebagai jawaban pada ratunya sekaligus besannya saat ini.
Sementara itu, jeno dan Haechan masih berjalan-jalan di pinggir sungai saat ini. Dia masih melihat bagaimana sang calon istri masih banyak diam sejak beberapa menit yang lalu.
"Sebenarnya apa yang mengganggu pikiranmu Haechan?" Sang empu lantas melirik calon suaminya itu dan menghela nafas berat.
"Hanya soal sahabatku, permasalahannya sangat kompleks, aku tak yakin untuk menceritakannya denganmu." Mendengar itu jeno lantas berhenti membuat Haechan juga mengikutinya dan menatapnya. Jeno lantas menggenggam kedua tangan calon istrinya itu.
"Apapun masalah yang sedang kau hadapi, itu akan menjadi masalah ku juga. Kau berhak berbagi semuanya padaku. Kau berhak bersandar padaku, karena aku calon suamimu Seo Haechan." Ucap jeno.
"Bagaimana mungkin? Setelah kau tahu semua ini, apa mungkin kau akan diam saja?"
"Katakan saja Haechan, aku akan percaya padamu dan hanya akan mendengarkan masalah yang terjadi, agar kau bisa lebih lega." Haechan menghembuskan nafas beratnya lalu menutup matanya.
"Injunie, maafkan aku. Tapi sepertinya pangeran jeno wajib tahu, takut-takut nantinya pangeran jaemin bisa mengusirmu jika kau ketahuan. Aku hanya takut kau akan segera ketahuan dan menikah dengan sih brengsek putera mahkota Lai Guan Lin itu. Maafkan aku." Batin Haechan.
"Pangeran, sebenarnya perawat Huang itu adalah pangeran kedua dari keluarga kaisar Nakamoto, Nakamoto Renjun."
😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
"Prince J" (jaemren)
FanfictionNakamoto Renjun adalah putera kedua kaisar Nakamoto Yuta dan Huang (Dong) Winwin yang melarikan diri karena tidak mau menikah dengan keluarga dari dinasti Ming, renjun melarikan diri dan menjadi perawat untuk ratu dari Joseon, dia berhasil terpilih...