***
Kamar Lisa—alias kamar utama di rumah itu—tidaklah sangat besar. Ruangannya memang lebih besar daripada kamar Yina, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Setelah ranjang Jiyong di pindahkan ke sana, kamarnya jadi terlalu penuh, sangat sesak. Orang-orang dari dari jasa pindahan sudah pergi, semua barang sudah di letakan ke tempatnya, ranjang di kamar Yina pun sudah diganti yang baru, sebab yang lama sudah sangat usang.
"Tidak seperti kamar pengantin baru," komentar Yina, ia berdiri di depan kamar utama itu, bersandar ke salah satu sisi pintunya.
Jiyong berdiri di sebelahnya, juga bersandar ke sisi lain pintunya. "Hm... Penuh sekali," angguk setuju pria itu.
"Baju paman banyak?" tanya Yina kemudian.
"Tiga koper termasuk jaket, kenapa?"
"Apa laci di ranjangmu itu besar?" Yina kembali bertanya, lantas mendekat ke arah ranjang, menarik laci di bawah kasurnya.
"Pakaian ibumu banyak?" Jiyong balas bertanya, karena merasa ia paham dengan rencana Yina.
"Tidak," geleng Yina. "Pakaianmu muat disimpan di sini, lalu sebagian pakaian ibuku juga disimpan disini, sisanya, yang tidak muat di sini, bisa ditaruh ke kamarku. Ranjang baruku juga punya laci. Tadinya ingin ku pakai menyimpan peralatan menggambarku, tapi aku bisa mencari tempat lain untuk mereka," usulnya.
Jiyong melangkah keluar, berdiri di balkon sembari menghitung lantai keramik yang di pasang di sana. Berkata kalau lemari usang di kamar Lisa, bisa mereka pindahkan ke balkon. Karena lemari itu akan kosong setelah pakaian Lisa di keluarkan, Yina bisa menyimpan peralatan menggambarnya di sana.
"Masalahnya pakaian yang di gantung, mantel dan jaket," lapor Yina, sementara Lisa belum juga pulang.
"Nyalakan laptopku," suruh Jiyong, sembari menunjuk ranselnya di atas sofa. "Sepertinya Jennie punya sesuatu untuk menggantung pakaian tapi bukan lemari, yang seperti ada di toko. Aku tidak tahu apa namanya, akan aku tanya padanya," katanya, melangkah ke meja makan, mengambil handphonenya di sana.
"Maksud Paman stand hanger?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku putri pemilik binatu, lupa?" balas Yina, yang kemudian meraih handphonenya sendiri, mencari stand hanger di aplikasi belanjanya.
Yina menunjukan handphonenya pada Jiyong di meja makan. Melaporkan hasil pencariannya pada Jiyong. "Yang seperti ini kan?" tanya Yina dan Jiyong mengangguk, mengiyakannya.
"Beli itu, akan aku transfer uangnya," suruh Jiyong. "Bagaimana dengan meja rias? Apa ada meja rias yang lebih kecil?" tanyanya kemudian.
Dari meja makan mereka berbelanja. Membeli banyak barang yang sebelumnya tidak pernah mereka rencanakan. Mengganti semua perabot usang yang ada di rumah itu. Mereka sudah memesan semuanya, dan toko barang-barang itu berjanji akan mengirim pesanan mereka dalam satu jam.
Sembari menunggu barang-barang itu datang, Yina mengeluarkan isi lemari ibunya, selanjutnya Jiyong yang menyeret lemari usang itu ke balkon. Yina masih melipat dan memasukan baju ibunya ke laci di bawah ranjang, ketika kurir yang mengantar stand hanger datang dengan pesanan mereka.
"Ya!" seru Jiyong, menghampiri Yina di kamar utama sembari membawa paket panjang yang harus mereka rakit sendiri. "Ibumu tidak akan marah kalau kita mengganti perabotnya kan?" tanyanya, baru mengingat Lisa setelah mereka memesan banyak perabot termasuk meja belajar baru untuk Yina.
Yina berhenti bergerak karena pertanyaan Jiyong. Lantas melihat ke sekelilingnya. "Mungkin tidak?" ragunya kemudian. "Aku merasa pernah dengar eomma ingin mengganti beberapa perabotan tapi mereka belum rusak. Aku rasa begitu," jelasnya, masih ragu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Introducing Me (New Version)
FanfictionAku si itik buruk rupa yang ditinggalkan ibuku. Aku melihatnya bertengkar kala itu, marah dan memukul pria di depannya, laki-laki yang aku pikir ayahku, tapi tidak pernah sudi aku panggil begitu. Keesokan harinya, setelah pertengkaran hebat, ia memb...