***
Senyumnya tidak bisa di tahan. Lisa bangun karena suara alarmnya, seperti biasanya. Namun berbeda dari biasanya, pagi ini ia terbangun dengan Jiyong di sebelahnya, memeluknya tanpa pakaian. Ia pun sama, terlelap setelah lelah hanya dengan pakaian dalamnya. Tanpa bisa menahan dirinya, gadis itu terus tersenyum, sesekali melirik pria yang masih tidur, menahan dirinya agar tidak menjerit kegirangan. Ciumannya sangat lembut, terlalu lembut membawanya ke atas gumpalan permen kapas yang luar biasa manis.
Lisa menutup wajahnya dengan selimut. Menahan dirinya agar tidak berteriak, agar tidak berisik membangunkan seisi rumah. Suara musik dari kamar sebelah masih terdengar, namun alarm Yina samar-samar pun berbunyi. Yina selalu memasang alarmnya, setiap lima belas menit, namun suara bising itu tidak pernah membangunkannya. Lisa ragu, putrinya akan bangun jika mendengar alarm kebakaran. Gadis itu tidak bisa tinggal sendirian.
Jiyong tetap terlelap, namun Lisa harus bangun sekarang. Ia harus mematikan alarm Yina sebelum kepalanya pusing. Perlahan, ia lepaskan pelukan Jiyong dari perutnya. Memastikan pria itu tidak terganggu dengan gerakannya. Jiyong hanya mengerang, tersenyum kemudian melambai, tanpa membuka matanya. "Tidur lah lagi, aku ingin mematikan alarm di sebelah," bisik Lisa, mengusap wajah Jiyong. Pria itu mengangguk, lantas Lisa cepat-cepat berpakaian, keluar untuk mematikan alarm putrinya.
Lepas mematikan alarm putrinya, Lisa mengikat rambutnya. Melihat keadaan rumahnya yang berantakan, lantas menghela nafasnya. Percuma ia melarikan diri kemarin. Ia tetap harus membersihkan semua kekacauan itu. Seperti hari-hari lainnya, ia membasuh wajahnya lalu mulai membuat sarapan. Pagi ini menunya roti isi, dipanggang dengan patty juga telur, juga sayuran.
Ia menyimpan roti milik Yina juga Jiyong dengan tudung sajinya, lalu mengigit miliknya sendiri sembari sebelah tangannya merapikan dapur. Meletakan beberapa piring kotor ke dalam bak cuci piring juga mengumpulkan sampah ke dalam kantong sampahnya. Sarapannya habis dalam beberapa gigitan, dan mulai ia bersihkan rumahnya.
Dimulai dari mencuci tirai ke binatu dibawah, mengumpulkan kardus dan plastik bekas, kemudian merakit rak kecil untuk ikan peliharaan Jiyong. Ia kerjakan semua yang belum suaminya selesaikan, lalu menyedot debu di rumahnya. Kalau Jiyong dan Yina butuh sepanjang hari untuk merapikan rumah, Lisa hanya butuh beberapa jam. Ia bisa melakukan hal lain sembari menunggu mesin cucinya bekerja. Ia bisa menumpuk kardus dan plastik bekas di dekat pintu setiap melewatinya. Tangannya hanya dua, namun keduanya bisa dipakainya dengan optimal.
Sembari menyedot debu, ia hubungi seorang pria tua yang biasa mengumpulkan kardus bekas. Meminta pria itu datang jika ia senggang untuk semua kardus yang dimilikinya. Lisa jadikan kamar utama sebagai tempat terakhir yang harus ia bersihkan. Lepas menyedot debu di kamar putrinya—yang tetap tidak bangun—Lisa masuk ke dalam kamarnya.
Jiyong masih berada di posisi yang sana seperti tadi ketika ia tinggalkan. Terlelap dengan selimut sampai ke dadanya, memeluk guling yang sebelumnya ia punggungi. Suara Lisa yang masuk ke dalam kamar utama dengan penyedot debu, membuat Jiyong mengulas senyumnya.
"Aku membangunkanmu? Maaf," ucap Lisa, buru-buru mematikan penyedot debunya. "Akan aku lanjutkan nanti, kembali lah tidur," susulnya, akan melangkah kembali keluar namun Jiyong mengulurkan tangannya, menahan Lisa agar tidak pergi.
"Jangan," katanya serak. "Aku suka," susulnya, masih dengan suara seraknya.
"Suka?" bingung Lisa, yang justru duduk di tepian ranjang, mengusap lagi wajah suaminya. Merapikan beberapa helai rambut di dahinya, agar tidak menutupi wajahnya.
Lisa berisik, sedari ia meninggalkan kamarnya tadi, Jiyong dengar semua yang Lisa lakukan di luar. Namun ia sama sekali tidak ingin bangun dan menghentikan semua kebisingan itu. Tentu suara-suara itu mengganggu tidurnya, namun ia menyukainya. Tinggal di rumah yang ada penghuni lainnya. Tinggal bersama orang lain, tidur bersama orang lain. Jiyong menyukainya, suara bising yang membuatnya sadar kalau ia tidak lagi sendirian. Tidak lagi sebatang kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introducing Me (New Version)
FanfictionAku si itik buruk rupa yang ditinggalkan ibuku. Aku melihatnya bertengkar kala itu, marah dan memukul pria di depannya, laki-laki yang aku pikir ayahku, tapi tidak pernah sudi aku panggil begitu. Keesokan harinya, setelah pertengkaran hebat, ia memb...
