抖阴社区

69

405 78 8
                                    

***

Puluhan lukisan dipajang di dinding. Berwarna-warni, dengan auranya masing-masing. Ini adalah pameran pertama bagi Yina. Meski bukan lukisannya yang di pamerkan, gadis itu luar biasa antusias hari ini. Ia duduk di depan cermin, di meja rias ibunya. Memasang pita di rambutnya, kemudian melepaskannya lagi. Menggantinya dengan bando, namun melepaskannya lagi. Ia mencoba mengikat rambutnya, namun menguraikannya lagi.

"Ikat saja rambutmu, kau akan sibuk nanti," kata Lisa, mengomentari putrinya yang sedari tadi tidak lekas selesai berdandan. "Cepat keluar, pamanmu sudah bosan menunggu di bawah," ucapnya kemudian.

"Jangan mendesakku! Aku bingung!" protes Yina kemudian, membuat ibunya terpaksa menghela nafasnya lantas melangkah pergi. Lebih baik ia menunggu di luar daripada mendengar omelan putrinya itu.

Lisa turun dengan setelannya, berwarna hitam sama seperti milik suaminya. Dengan kemeja biru lembut dan rok pendek berwarna hitam, wanita itu memakai blazer hitamnya. Sepatunya berhak tinggi, berwarna putih, bersih dan cocok dengan kaki jenjangnya. Di dalam mobil, menunggu Jiyong dengan setelan hitamnya. Ia kenakan kemeja yang juga hitam, dengan dasi biru bermotif.

Mino memberinya undangan sebuah acara pameran hari ini. Lukisannya akan dipamerkan di sebuah galeri, dan ia meminta asistennya—Yina—untuk datang bersama keluarganya. "Putrimu masih lama?" tanya Jiyong, menyentuh dasinya yang terlalu ketat, ingin segera melepaskannya. Bahkan di acara pernikahan mereka, Jiyong tidak tahan dengan dasinya.

"Jangan tanya aku, aku sudah dibentak olehnya," jawab Lisa, yang kini mengeluarkan handphonenya, membuka beberapa pesan yang belum ia baca sembari menaikan kaki kanannya ke atas kaki kirinya. "Oh! Ada sale hari ini, bisakah kita mampir untuk belanja nanti malam? Supermarketnya tutup jam sepuluh," tanyanya kemudian.

"Bukankah rokmu terlalu pendek?" komentar Jiyong melihat sebagian paha istrinya yang terlihat jelas di depan matanya.

"Aku sudah empat kali ganti baju, harus aku ganti baju lagi?" tanya Lisa, bersandar pada sandaran jok mobil itu, menoleh pada Jiyong dengan wajah memelasnya. "Aku ingin pakai celana jeans, oppa bilang tidak cocok. Semua rokku sepanjang ini," katanya kemudian.

"Kau pakai celana pendek kan?" pria itu kembali bertanya, dan Lisa menghela nafasnya, lantas ia singkap roknya, menunjukan celana pendek hitam yang dikenakannya. "Ya, ya, ya, baiklah," kata Jiyong. Ia rapikan lagi rok istrinya, lantas menghela nafasnya, bosan menunggu Yina yang tidak juga turun.

Yina kemudian turun dengan gaun selututnya. Warnanya khaki, dengan bagian rok melebar dan atasan yang pas di tubuhnya. Ikat pinggang cokelat ada di pinggangnya dan ia kenakan sepatu formalnya yang juga cokelat. Tanpa tas, hanya membawa handphonenya. Rambutnya di biarkan terurai, sedang seutas ikat rambut ia lingkarkan di pergelangan tangannya. Gadis itu berlari turun, lantas masuk ke dalam mobil Jiyong.

"Maaf membuat kalian menunggu, aku bingung sekali harus memakai apa, aku tidak pernah diundang ke acara seperti ini," ocehnya begitu masuk dan menutup pintu mobil. "Whoa... Eomma seksi sekali hari ini," komentarnya kemudian, membuat sang ibu lantas tersenyum dan mengibaskan rambutnya ke belakang, memamerkan leher indahnya yang dipakaikan seutas kalung cantik, pemberian Jiyong.

Fur Lalice—nama galerinya. Ibu dari Lalisa Lee—teman Yina—yang mengelola tempat itu. Galerinya luas dengan dinding-dinding putih yang hari ini penuh dengan lukisan warna-warni. Yina terpesona melihatnya, sedang Lisa serta Jiyong menghela nafasnya. Mereka tidak seberapa suka keramaian dan pembukaan pameran ini pasti akan sangat ramai.

Meski sudah beberapa kali berkunjung, Yina tetap terpesona berada di sana. Di kelilingi roh dari lukisan-lukisan indah yang tergantung di dinding. Berlaga menjadi kurator, Yina menunjukan semua lukisan favoritnya, membuat ibu serta pamannya mau tidak mau harus mendengarkan serangkaian ocehan itu. Lisa tersenyum, menunjukan betapa antusiasnya ia dengan penjelasan-penjelasan Yina. Jiyong pun sama, meski beberapa lukisan tidak terlihat menarik baginya.

Sampai tiba mereka di depan lukisan milik Song Mino yang dipajang di sana. Di gantung dengan lampu-lampu temaram yang menyorotnya. "Aku yang membantunya menulis deskripsi lukisan ini," kata Yina, menunjuk brosur yang sebelumnya ia berikan pada Lisa dan Jiyong.

Lisa masih membaca satu paragraf di dalam brosur itu. Sedang Jiyong sudah lebih dulu membacanya, sampai pada tulisan—Yina Kim—di bawah nama Ohnim. Gadis itu tidak hanya membual, ketika ia mengaku sebagai asisten pelukis Ohnim—nama alias Song Mino di tiap lukisannya. Mino yang menyebutnya begitu, ia minta Yina untuk membantunya, lantas menyebutnya sebagai asistennya, sesekali ia pun memperkenalkan Yina sebagai asistennya. Bahkan pakaian Yina hari ini, Mino yang memberikannya. Mengatakan kalau mereka berdua harus memakai pakaian yang senada dengan lukisannya hari ini.

Acara belum di mulai, namun orang-orang sudah berkumpul. Yina pun melihat Lalice—putri pemilik galeri itu—berdiri di dekat ruangan khusus staff. Gadis itu pasti sedang menunggu ibunya di sana. Maka, Lisa ajak ibu serta pamannya menghampiri Lalice, menyapa bintang utama pameran itu. "Acara hari ini dibuat untuk memamerkan lukisannya," kata Yina, memberi informasi pada ibu serta pamannya.

Begitu menyapa, Lalice mendongak ke dalam ruang staff, memanggil ibunya, memintanya untuk menyapa orangtua temannya. Sebentar mereka berbincang di sudut galeri itu, sampai seorang pegawai berlari kecil menghampiri Lee Dahee, ibu Lalice. "Siapa yang mengiriminya undangan?" tanya Dahee, setelah ia dengar bisikan dari pegawainya tadi. "Sudah aku bilang hapus namanya dari daftar tamu!" kesalnya, namun buru-buru ia tahan emosinya.

"Maaf sekali," kata Dahee kemudian. "Ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan, sayang, ajak mereka berkeliling, aku harus menyelesaikan sesuatu dulu," katanya, berpesan pada Lalice yang hanya mengangguk, menurutinya.

"Sesuatu terjadi?" tanya Yina, setelah ibu temannya melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Tidak tahu," Lalice menaikan bahunya. "Apa ada tempat yang ingin Paman dan Bibi kunjungi?" tanya Lalice kemudian, menawarkan diri untuk mengantar Jiyong dan Lisa ke tempat yang ingin mereka kunjungi.

"Apa ada tempat untuk merokok?" tanya Lisa kemudian.

Lalice kelihatan sedikit canggung, namun untungnya seorang pria dengan setelan jas datang menghampiri mereka. "Ada apa?" tanyanya, menghampiri Lalice yang kelihatan canggung.

"Paman dan Bibi ingin merokok," jawab Lalice, yang selanjutnya di antar Kim Taehyung ke area merokok, di taman kecil, di sudut belakang galeri. Di tempat yang sedikit tersembunyi.

Kim Taehyung duduk bersama Jiyong juga istrinya di taman kecil yang teduh itu. Di sebuah meja bundar dengan payung hijau di atasnya. Lisa menaikan sebelah kakinya ke kaki lainnya, ia tidak merokok, ia hanya duduk di sana sembari bermain dengan handphonenya. Jiyong menyalakan rokoknya, sembari menunduk memperhatikan kaki istrinya. Memastikan tidak ada bagian sensitif yang bisa dilihat orang lain. Sama seperti Jiyong, Taehyung pun melirik. Memperhatikan paha Lisa yang terlihat jelas lewat ekor matanya. Sial, suami wanita itu menangkap basah lirikannya. Jiyong berdeham, lantas melepaskan jasnya, meminta Lisa untuk membawa jas itu, sembari melirik ke arah pahanya—menyuruh istrinya untuk menutupi pahanya dengan jas miliknya.

***
Aku dah ngetik dari hari kamis ternyata belum di post.... Aku masih menyesuaikan diri dengan puasa gais... Slow update yaa hehe

 Slow update yaa hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Introducing Me (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang