***
Bersamaan dengan selesainya ujian kelulusan Yina Kim, sidang cerai Bae Irene pun selesai. Wanita itu kalah telak. Alih-alih dapat tunjangan atau sebagian dari harta suaminya, wanita itu justru diminta membayar kompensasi atas kerugian yang keluarga Hwang alami. Berita akan kebohongan Bae Irene yang tersebar mengganggu stabilitas bisnis keluarga Hwang, merusak nama baik keluarga suaminya, membuat orang-orang berfikir kalau Hwang Inyeop bersekongkol atas kebohongan itu—karenanya Irene dimintai kompensasi atas kerugian-kerugian itu.
Perselingkuhan yang Irene tuduhkan pada Inyeop—lewat pengacaranya—pun berhasil dibantah. Hwang Inyeop tidak pernah berselingkuh dengan Jennie Kim, tidak seperti apa yang Irene tuding padanya. Tentu saja Irene tidak bisa menemukan bukti perselingkuhan Inyeop dan Jennie, sebab perselingkuhan itu memang tidak pernah terjadi.
Seharusnya Irene berhenti di ruang mediasi. Seharusnya ia setuju untuk bercerai, hanya bercerai tanpa embel-embel apapun. Setidaknya dengan begitu, ia tidak akan dituntut untuk membayar kompensasi kerugian keluarga Hwang. Setidaknya dengan begitu, ia tidak perlu pergi ke pengadilan, membuang-buang sisa uangnya, membuang-buang waktu dan tenaganya. Seharusnya Irene tahu, persidangan itu hanya akan jadi perang panjang yang tidak bisa ia menangkan.
Sayang, rasa tamak membuatnya tidak bisa menyadari semua itu. Irene pikir ia bisa menang dalam persidangan itu. Irene pikir, perselingkuhan Hwang Inyeop akan menjadi keuntungan besar untuknya. Irene pikir, Hwang Inyeop akan dipaksa membayar banyak kompensasi padanya, karena telah berselingkuh. Irene juga berfikir kalau putra mereka akan berpihak padanya. Mengira kalau putranya akan membantunya mengeruk banyak tunjangan dari keluarga Hwang.
Sayang, alih-alih mendapat kompensasi dan tunjangan, Irene justru kehilangan segalanya. Tabungannya habis, sampai ke tiap sen-nya. Dan Woojin membencinya. "Aku tidak ingin tinggal bersama eomma," tolak Woojin, berkata pada terapisnya. Ditambah kalimat menyakitkan dari Inyeop, "aku tidak bisa membiarkan wanita itu merawat putraku. Dia membuang putri pertamanya, bagaimana kalau dia juga membuang putraku?" begitu yang Inyeop katakan dalam pengadilan, tentu lewat pengacaranya.
Irene berdiri sendirian, seolah seluruh dunia tengah melawannya. Di dalam ruang sidang, tidak seorang pun memihaknya. Bahkan pengacara yang ia bayar mahal, tidak sungguh-sungguh membelanya. Lalu begitu keluar dari ruang persidangan, kilat kamera menudingnya. Menyerangnya dengan berbagai pertanyaan menyudutkan. Istana pasir yang sudah bertahun-tahun dibangunnya, akhirnya tersapu ombak. Menghilang begitu saja, seolah tidak pernah ada sebelumnya.
Keluar dari pengadilan, bahunya terkulai. Lelah dan lesu. Dunianya baru saja hancur, mimpinya remuk berkeping-keping. Kini hanya puing-puing yang bisa ia kais. Tentu ia marah, namun tenaganya telah terkuras habis sekarang. Tubuhnya kelelahan, kepalanya tidak bisa berhenti memikirkan hidupnya selanjutnya—apa yang harus dilakukannya setelah ini?
Di temani pengacaranya yang juga lelah, Irene melangkah meninggalkan gedung pengadilan itu. Lalu di tempat parkir, Lisa memanggilnya. "Irene Kim!" seru gadis itu, menghampiri Irene bersama seorang pria paruh baya di sebelahnya.
"Kalau kau masih menoleh dengan nama itu, untuk apa mengganti namamu?" cibir Lisa, begitu ia berdiri di depan Irene juga mobil pengacaranya.
"Apa maumu? Aku tidak punya waktu untuk pengkhianat-"
"Kau yang lebih dulu mengkhianatiku, jangan lupakan itu," potong Lisa. "Apa rencanamu setelah ini? Kau sudah tidak punya apa-apa," susulnya kemudian.
"Apa pedulimu? Kau ingin berlaga baik dan memintaku tinggal bersamamu?" dengan nada menyebalkannya, wanita itu membalas pertanyaan adiknya dengan pertanyaan lainnya.
Lisa tidak langsung menjawabnya, ia justru balas bertanya, "kau tidak berencana kembali ke rumah?" katanya. Irene tidak menjawabnya, namun raut wajahnya dengan jelas menggambarkan ketidaksukaannya. Aku tidak sudi kembali ke sana—begitu yang ekspresinya gambarkan. "Sial. Padahal aku sudah menyiapkan kalimat untuk mengusirmu," cibir Lisa setelah ia memahami jawaban kakaknya itu.
"Apa maumu, Lisa?" ketus Irene, malas menanggapi omong kosong adiknya itu.
"Tanda tanganmu," jawab ia yang ditanya.
Tangan Lisa terulur ke samping, mengambil berkas dari tangan pria paruh baya di sebelahnya. Sebuah map tebal berwarna hitam dioper pada wanita itu, yang kemudian Lisa buka untuk ditunjukan pada Irene. "Eomma meninggalkan uang asuransi untuk kita. Warisan katanya," kata Lisa menjelaskan isi berkas itu. "Karena waktu itu kau tidak ada, aku yang menerima semua uangnya. Lalu aku pakai uang itu untuk membeli rumah. Aku tidak ingin pindah dari tempat itu, aku juga tidak ingin membagi rumah itu denganmu. Terima uang dariku sebagai ganti bagianmu," suruh Lisa kemudian.
"Tidak-"
"Terima saja. Ini satu-satunya cara agar kita tidak perlu berhubungan lagi. Tidak perlu bertemu lagi," potong Lisa, membuat Irene mau tidak mau menerimanya.
Ia bubuhkan tanda tangannya di atas berkas itu, di depan pengacaranya, juga di depan pengacara yang Lisa bayar hanya untuk urusan hari ini. Pengacara yang dipekerjakan untuk meyakinkan Jiyong kalau Irene tidak akan muncul lagi dengan segala dramanya, meyakinkan Jiyong kalau Irene tidak akan bisa mengusir mereka dari rumah itu.
"Anggap saja bagianku sebagai bayaran karena kau sudah mengurus dan memakamkan eomma," kata Irene, menolak sejumlah uang dalam amplop setelah ia menandatangani berkas perjanjian yang Lisa inginkan. "Anggap saja aku sudah mengambil bagianku dan memberikannya lagi padamu," tegas wanita itu.
"Kau memberikan uang itu padaku? Kau yang gila uang itu, memberikan bagianmu padaku?" tanya Lisa, sedikit tidak percaya. "Kenapa kau tiba-tiba berubah? Kau sekarat?" tanyanya, membuat lawan bicaranya menatap kesal padanya.
"Aku tarik lagi ucapanku," balas Irene. Ia ambil lagi amplop yang dikembalikannya, lantas mengopernya pada paruh baya di sebelah Lisa, pada pengacara adiknya. "Berikan uang ini pada Yina Kim saat kau mengantarnya pulang, terima kasih," suruh Irene, sembari menunjuk adiknya dengan dagu. Tanpa menunggu Lisa berkomentar, sudah lebih dulu Irene langkahkan kakinya meninggalkan Lisa juga pengacaranya. Masuk ke mobilnya, lantas menekan klakson agar Lisa menyingkir dari jalannya.
Seperginya Irene dan pengacaranya dari tempat parkir itu, Lisa menerima kembali uang yang ingin diberikannya pada Irene. "Dia masih sangat menyebalkan, syukurlah, berarti dia tidak sekarat," kata Lisa, mengomentari penolakan kakaknya. Yakin, kalau setelah ini kakaknya itu pasti akan bangkit lagi. Irene akan mencari seribu akal untuk bisa kembali meraih mimpinya—kaya raya, entah di dunia bagian mana.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Introducing Me (New Version)
FanfictionAku si itik buruk rupa yang ditinggalkan ibuku. Aku melihatnya bertengkar kala itu, marah dan memukul pria di depannya, laki-laki yang aku pikir ayahku, tapi tidak pernah sudi aku panggil begitu. Keesokan harinya, setelah pertengkaran hebat, ia memb...