抖阴社区

53

416 78 26
                                    

***

Sampai tengah malam, Lisa tidak bisa memejamkan matanya. Yina menangis sepanjang malam, dengan suara yang makin lama makin lirih. Berkali-kali ia berusaha bicara pada putrinya, namun Yina terus menolak. Mengabaikannya, membiarkan pintu kamarnya tetap terkunci.

Sang ibu terus menunggu, bersama suami barunya yang juga khawatir. Mereka menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi, mungkin karena ujian hari ini terlalu sulit? Mungkin juga karena seorang pria? Atau karena seseorang merundungnya di sekolah? Baik Jiyong maupun Lisa, keduanya sungguh-sungguh mengkhawatirkan gadis itu.

"Tidurlah, aku akan menunggu-"

Pintu kamar Yina terbuka, membuat Jiyong berhenti bicara. Ia tengah duduk di sofa, bersama istrinya dan keduanya menoleh ketika Yina berdiri di ambang pintu. Yina sama terkejutnya, sebab melihat kedua orang dewasa yang tinggal bersamanya kelihatan begitu khawatir.

"Ya! Kenapa kau menangis? Seseorang mengganggumu?" tanya Lisa, bergegas menghampiri Yina namun gadis itu bergerak mundur. Menjaga jarak dari ibunya, mengatakan kalau ia ingin pergi ke kamar mandi.

Yina kembali ke kamarnya setelah itu. Namun kali ini ia biarkan pintunya terbuka. Memberi celah agar Lisa bisa masuk ke dalam sana. Wanita itu lantas masuk, menghampiri putrinya yang duduk di ranjang. Jiyong mengekor, namun tidak ia langkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu. Ia berdiri di ambang pintu, memperhatikan Lisa yang tengah mengusap rambut putrinya, bertanya apa yang terjadi.

"Tadi wanita itu datang ke sekolah," Yina kemudian berkata, membuat Lisa berhenti menggerakan tangannya, sedang Jiyong memejamkan mata, menahan pening yang tiba-tiba muncul. "Aku tahu dia sering datang ke sini," kata Yina kemudian, semakin mengejutkan dua orang dewasa di depannya. "Aku melihatnya dari rekaman cctv, aku tidak marah karena kalian tidak memberitahuku. Aku tahu dia tidak ingin bertemu denganku. Bukan salah kalian kalau ibuku tidak ingin bertemu denganku," akunya.

Kali ini Jiyong melangkah mendekat. Sebab Lisa tidak kelihatan bisa mengatasi masalah ini. Gadis itu membeku, dengan tangan yang masih ada di rambut Yina. Jiyong lantas menunduk, memeluk Yina menggantikan ibunya. "Terima kasih," kata Jiyong bersama pelukan itu. "Terima kasih karena tidak merahasiakannya terlalu lama," ucapnya. "Kau pasti kesulitan selama ini," tenangnya.

"Bagaimana paman mengatasinya?" tanya Yina, bersamaan dengan lepasnya pelukan Jiyong dari bahunya.

"Aku tidak pernah mengatasinya. Bertemu lagi dengan seseorang yang membuangmu, bagaimana bisa aku mengatasinya?" jawab Jiyong. Ia tarik kursi dari meja belajar Yina, duduk di sana sembari memegangi jemari Yina. Mengusapnya, mencoba untuk menenangkannya. "Aku marah. Aku sedih. Aku terluka. Sakit sekali. Tapi beberapa penyakit memang tidak bisa disembuhkan, kau hanya perlu membiasakan diri hidup bersamanya," katanya.

"Tidak terdengar menjanjikan," balas Yina.

"Aku rasa, kau akan lebih baik dariku," tenang Jiyong.

"Kenapa?"

"Kau memilikinya," kata Jiyong, melirik pada wanita di sebelah Yina. "Lihat, sekarang dia kelihatan lebih marah daripadamu," susulnya, menyadarkan Lisa yang sedari tadi diam di tempat duduknya.

"Eomma, aku melihatmu memukulnya dengan botol detergen," kata Yina kemudian. "Aku tertawa saat melihatnya, lucu sekali," susulnya kemudian, meski sekarang ia tidak tertawa.

Lisa kembali pada kesadarannya. Ia rangkul putrinya, lantas memeluknya. Berkata kalau ia benar-benar minta maaf, karena Yina harus lahir dari kakaknya yang super egois itu. Malam itu Lisa tidur bersama Yina, di kamar gadis itu. Sedang Jiyong kembali ke kamar utama. Memberi jeda untuk Lisa melakukan tugasnya, agar Lisa punya waktu juga ruang yang nyaman untuk menenangkan putrinya.

Introducing Me (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang