***
"Augh! Eomma!" Yina akhirnya berteriak setelah tiga jam ia berusaha menahan dirinya, menahan suaranya agar tidak meninggi. "3, 4 dan 5 itu triple phytagoras!" katanya. "Kau harus menghafalnya, eomma... Kalau terus melupakannya, kau tidak akan bisa menyelesaikan soalnya tepat waktu! 3-4-5, 5-12-13, 6-8-10, 7-24-25, 8-15-17, kau harus menghafal mereka semua!" omelnya, setelah hampir satu tahun ia menjadi guru privat bagi ibunya yang ingin ikut ujian kejar paket C, untuk mendapatkan ijazah setara sekolah menengahnya.
Yina sudah lulus sekolah menengah sekarang. Ia bahkan diterima di kampus yang diinginkannya. Di Universitas S, fakultas seni. Gadis itu sudah menginjak semester dua sekarang. Berkencan dengan Jihoon si mahasiswa kedokteran, setelah beberapa bulan sedih karena dicampakan Bang Yedam.
"Aku bahkan tidak hafal nomor teleponku sendiri-"
"Kau tetap harus menghafalnya!" potong Yina. "Kalau mau lulus ujiannya, kau harus menghafal semua angka itu," tegas sang putri, membuat Lisa yang harusnya serius belajar, justru berbaring di karpet rumahnya.
"Augh! Terserah! Aku tidak tahu! Aku tidak mau tahu!" keluh Lisa. "Semuanya terlalu sulit untukku! Matematika, sains, bahasa, semuanya sulit- oh! Jiyong oppa pulang!" serunya, yang langsung bangun ketika mendengar suara pintu depan terbuka.
Kwon Jiyong melangkah masuk. Sekarang sudah pukul tujuh malam dan ini waktunya mereka makan malam. Karena tidak bisa mengajari istrinya, pria itu mengambil peran sebagai penyedia makanan sekarang. Lisa tidak perlu lagi menyiapkan makan malam, karena Jiyong yang akan menyiapkannya selama wanita itu belajar.
"Oppa! Bagaimana-"
"Duduk!" sela Yina, menahan kaki ibunya, sebelum wanita itu melarikan diri dari meja ruang tengah, menghampiri Jiyong yang datang dengan bungkusan makanannya.
"Aku pulang," seru Jiyong, melangkah masuk lalu berjalan menghampiri ruang tengah, melihat rutinitas yang selalu ada di sana, hampir sepanjang tahun ini. "Oh? Kali ini matematika? Pasti sulit, ayo makan dulu? Aku punya sup dan daging panggang," komentar Jiyong. Ia berdiri di sebelah meja ruang tengah, terkekeh memperhatikan wajah memelas istrinya, juga wajah ketus Yina. Kedua wanita itu menatapnya, dengan raut yang sangat berbeda.
"Ayo, aku-"
"Eomma tidak boleh makan sampai kau berhasil menyelesaikan soal nomor lima," potong Yina. "Paman, awasi eomma. Akan aku siapkan meja makannya," pinta Yina. Ia bangkit dari duduknya, lantas mengambil barang bawaan Jiyong untuk dibawa ke meja makan.
"Ya! Bagaimana aku bisa berfikir kalau lapar begini?!" seru Lisa namun Yina tidak menanggapinya. Hanya suara kekehan Jiyong yang sekarang terdengar, pria itu bergerak duduk, tepat di sebelah istrinya.
"Bagaimana harimu, sayang?" tanya Jiyong, sembari mengusap rambut istrinya yang acak-acakan karena sempat beberapa kali ia jambak sendiri. Beberapa kali Lisa sempat kesal karena otaknya tidak mau bekerja.
"Semuanya menyenangkan sampai Yina pulang dengan buku matematikanya," keluh Lisa, yang langsung bersandar pada bahu suaminya. "Aku bersyukur dia tidak kuliah kedokteran. Kasihan pasiennya kalau punya dokter sepertinya. Tapi kalau dia jadi guru, murid-muridnya juga kasihan... Dia jahat sekali saat mengajar," cerita Lisa, mengulang kisah yang sama hampir setiap malam, setiap kali Yina mengajarinya matematika. Lisa bisa mengingat materi-materi dari pelajaran lain, namun rumus matematika tidak bisa masuk ke dalam kepalanya. Sepertinya, ada palang khusus yang menolak semua tentang matematika di dalam otaknya.
"Bertahan lah... Sebentar lagi semuanya selesai. Ujiannya sebentar lagi," kata Jiyong, tetap mengusap-usap rambut serta pipi istrinya. Menyemangatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introducing Me (New Version)
FanfictionAku si itik buruk rupa yang ditinggalkan ibuku. Aku melihatnya bertengkar kala itu, marah dan memukul pria di depannya, laki-laki yang aku pikir ayahku, tapi tidak pernah sudi aku panggil begitu. Keesokan harinya, setelah pertengkaran hebat, ia memb...
